Tuesday, December 20, 2016

Surat Di Atas Kereta

Untuk kamu yang selalu kurindukan.

Andai saja saat ini kamu duduk disampingku. Tentu selama apapun perjalanan takkan pernah terasa sepi. Aku membayangkan jika kita duduk berdampingan di gerbong kereta, lalu aku akan menceritakan banyak hal kepadamu tentang awan-awan yang seolah mengejar rangkaian kereta kita. Juga tentang kereta kita yang mengejar senja di tepi barat. Atau kita bisa saja membicarakan hal-hal kecil yang kita lihat selama perjalanan. Apapun itu, perbincangan antara dua orang yang saling jatuh cinta takkan pernah mengenal kata membosankan.

Andai saja rindu bukan perkara besar bagiku. Tentu saja aku tak perlu takut jika harus meninggalkanmu dalam waktu yang cukup panjang. Selama jauh darimu, rindu adalah pembunuh paling sadis bagi hari-hariku. Ia menguasai penuh pikiranku hingga aku lesap kedalamnya. Asal kamu tahu, mungkin rinduku bisa saja terobati sedikit dengan berbicara kepadamu melalui telepon, tapi nyatanya rindu hanya butuh temu agar bisa luluh.

Andai saja jarak bisa dilipat secepat kilat, tentu aku tak pernah harus bersedih ketika harus berjarak jauh lagi denganmu. Bukan hal mudah mengatasi rindu ketika jarak dengan telak menyekat. Memang, bisa saja kita mengatasi jarak dengan video call setiap hari. Zaman menawarkan kemudahan bagi kita yang dipisahkan jarak. Namun tetap saja, bagiku berada tepat disebelahmu dan merangkulmu meski cuma satu menit akan lebih baik daripada video call berjam-jam. Tapi setidaknya jarak mengajarkanku untuk menghargai setiap pertemuan. Untuk tak membuang sia-sia setiap pertemuan yang terjadi setelah menumpuh jarak jauh-jauh.

Sekarang, diatas kereta yang membelah wilayah, sesaat setelah peluk kita mengawali perpisahan ini, aku mulai merindukanmu. Perihal air matamu yang tadi jatuh, aku memaknainya sebagai sebuah kesabaran menunggu. Tugasku sekarang adalah menjaga dengan baik kepercayaan yang engkau berikan, hingga nanti kita bertemu, akan kutumpahkan segala rindu.

Ragaku boleh saja dibawa jauh oleh sang waktu, tapi hati ku tak pernah sedikitpun berhenti memelukmu. Karena bagiku, kau adalah tempat kembali setelah kaki lelah melangkah. Kau adalah tempat bersandar ketika ragaku mulai gelisah. Kau adalah rumah bagi hatiku yang selalu ingin pulang. Dan kau adalah tempat terbaik bagiku memaknai cinta. Jika aku pulang nanti, sediakan pelukmu yang paling dalam.

Desember, 2016.
Diatas kereta menuju Jogja.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Tinggalkan jejak kalian disini. komen yaa :)