Tuesday, January 27, 2015

Kamu

Kamu.
Aku mengenalmu diantara ribuan aksara yang bertebaran acak. Diantara bait puisi yang tercipta elegi. Diantara teduh saat hujan yang terlalu gaduh. Diantara doa yang penuh dengan harapan. Diantara ribuan keindahan yang diciptakan Tuhan. Kamu seolah ada saat gersang merindukan rintik hujan.

Kamu.
Tuhan menciptakan seorang bidadari berwujud kamu. Ada banyak caraku untuk mengagumimu. Wajahmu memesona dengan segala senyum yang engkau punya. Tatapmu tajam walau dengan mata yang sedikit sipit. Hatimu merona serupa rona senja yang akan dijemput malam. Karena itu, aku berulang kali jatuh hati padamu.

Kamu.
Namamu selalu ada dalam setiap detak jantungku. Namamu juga selalu ada dalam setiap sembah sujudku. Aku seolah tersesat di dalam labirin berupa hatimu. Alih-alih ingin keluar dari sana, aku malah tak tahu caranya untuk keluar, pun aku memang tak mau untuk keluar dari hatimu. Biarlah aku tersesat disana selamanya. Usahlah kau hiraukan hatiku saat ini. Hanya pintaku, jagalah hatimu untukku hingga aku memilikinya secara utuh.

Kamu.
Kamu bukanlah seorang puteri raja. Kamu bukan juga seorang dewi. Kamu ialah kamu. Seorang wanita dengan penuh sahaja yang mempunyai banyak sudut untuk dikagumi. Seorang wanita yang memiliki lengkung senyum menawan yang mampu membuat seorang hamba bernama aku tak bisa berpaling. Seorang wanita yang sangat aku cintai.

Kamu.
Aku mencintaimu. Lebih dalam dari peluk. Lebih terang dari benderang bintang. Lebih debar dari jantung yang kehilangan detak.

Bandung, 27 Januari 2015 pukul 05:30 pagi.
Tulisan ini dibuat sesaat setelah aku memimpikan kamu.

Share: