Sunday, May 29, 2016

Filosofi Tahu Bulat

Belakangan ini, sebuah jajanan enak dan murah mendadak ramai dibicarakan. Bukan karena jajanan itu mengandung racun, bukan juga karena makana itu hasil dari fermentasi sianida. Tapi karena cara penjualannya yang unik.

Kalian yang tinggal di Jawa Barat atau Jabodetabek pasti udah kenal sama tahu bulat. Nah uniknya, kalo dulu tahu bulat itu di jualnya di gerobak-gerobak biasa, sekarang tahu bulat dijualnya pake mobil! Keren kan? Penjual tahu bulat aja udah bisa beli mobil. Uniknya lagi, mobil tahu bulat ini datang dengan jingle nya yang khas. Bahkan Adam Levine juga sempat menyanyikan lagu tahu bulat di instagramnya.

Tahu bulat... / Digoreng / dimobil / dina katel dadakan.. / Lima ratusan.. / gurih gurih enyoyyyy...

Coba cermati lirik tahu bulat yang hits diatas. Sederhana, simple, namun penuh godaan. Bayangin aja, dengan lirik yang seperti itu, penjual menawarkan sebuah tahu bulat yang gurih kepada pembeli karena tahunya masih fresh dari wajan. Beda dengan tahu bulat yang dijual di gerobak-gerobak yang tahunya udah digoreng duluan.

Pas pertama kali dengar suara khas tahu bulat, jujur saya kira itu suara orang pengajian. Sumpah. Jadi kan waktu itu lagi nonton tv di kosan, tiba-tiba ada suara tahu bulat. Kan saya yang baru pertama kali dengar masih cuek aja. Kirain itu suara dari toa masjid. Ehh tapi pas didengarin baik-baik, kok ada suara gurih gurih enyoy gitu. Karena penasaran, saya cek keluar. Eh ternyata itu penjual tahu bulat. Saya syok.

Dari pengamatan saya mengenai tahu bulat yang selalu muncul siang dan malam ini, saya mendapatkan bahwa tahu bulat tidak hanya jajanan yang enak, tapi dibalik itu semua ada filosofi di dalamnya. Bahwa dengan tahu bulat, kita dapat memahami kehidupan. Mau tau?

Pertama, di dalam jingle tahu bulat, terdapat lirik Digoreng Dimobil. Apa maksud dari kata tersebut? Maksudnya, meskipun tahu bulat ini digoreng di mobil, harga tahu bulat ini nggak serta merta melonjak mahal. Tetap sama dengan tahu bulat yang digoreng di gerobak-gerobak yaitu 500 rupiah per buah. Meskipun tahu bulat yang digoreng dimobil lebih keren, tapi ia tetap merendah. Istilahnya mah down to earth. Nah begitulah seharusnya kehidupan manusia. Meskipun telah mencapai kedudukan tinggi, punya nama besar, terpandang, dan terhormat, hendaknya manusia tetap tidak menyombongkan diri. Tetaplah menjadi pribadi yang sederhana. Dengan menjadi orang yang sederhana, kalian akan tetap disukai banyak orang. Tahu bulat contohnya. Maka, kalo ada orang yang sombong padahal dia nya biasa aja, suruh orang itu berkaca pada tahu bulat.

Selanjutnya filosofi yang didapat dari tahu bulat masih dari lirik jingle nya yaitu Dadakan. Apa maksud Dadakan? Jadi gini, meskipun tahu bulat ini digorengnya dadakan, tapi tahu bulat tetap menjadi bulat sempurna. Nggak gepeng, nggak juga berubah bentuk. Tahu bulat selalu siap menjadi bentuk terbaiknya meskipun digoreng dadakan. Begitupun seharusnya manusia. Kadang kala kita diberi ujian secara dadakan oleh Tuhan. Misalnya lagi buru-buru pergi, tiba-tiba ban motor pecah, atau lagi mau setrika baju, tiba-tiba listiknya mati, atau yang paling ekstrem, pas lagi nyantai di kosan, tiba-tiba ibu kos datang nagih duit. Itu ujian banget. Walaupun kita diberi ujian secara dadakan, sebaiknya kita tetap menenangkan diri kita. Tetap berpikir positif dan ambil hikmah dari tiap ujian yang dadakan itu. Supaya apa? Supaya kita tetap enyoy seperti tahu bulat yang digoreng dadakan.

Lalu filosofi yang terakhir. Coba perhatikan, kenapa tahu bulat yang digoreng di mobil lebih booming dibandingkan dengan tahu bulat gerobak? Padahal kan lebih dulu tahu bulat gerobak yang muncul. Jawabannya adalah karena tahu bulat yang digoreng di mobil memberikan inovasi baru. Anti mainstream kalo kata anak muda sekarang. Dengan dijual dimobil, keuntungan pasti lebih banyak. Begitu juga seharusnya manusia. Ide boleh sama, pemikiran juga boleh sama, tapi yang terpenting adalah eksekusi nya yang harus beda. Pilih jalan kalian sendiri dan jangan ikut-ikutan. Kalau misal gagal, kalian tidak menyalahkan orang lain, dan kalau berhasil, kalian berhasil dengan jalan yang kalian ciptakan sendiri. Keren bukan? Makanya harus beda, harus out of the box seperti tahu bulat yang digoreng di mobil. Biar hasilnya juga beda.

Udahan ah. Pesan saya kalo mau makan tahu bulat yang baru masak, jangan lupa di tiup dulu. Panas soalnya.
Share:

Friday, May 27, 2016

Kamu Bagiku

Kamu bagiku adalah puisi. Puisi yang tercipta dari aksara yang tak kenal akhir. Puisi yang tercipta dengan bait penuh cinta. Maka bagiku, senyummu adalah nyawa dari setiap puisiku. Yang menggambarkan keindahan yang tak fana. Senyummu adalah inspirasi yang tak pernah bertepi. Serupa ada eros disana.

Kamu bagiku adalah senja. Senja yang selalu merona diwaktu petang dengan jingganya. Senja yang meninggalkan kenangan meski telah digantikan malam. Maka bagiku, senja terbaik ada di matamu. Berwarna tak jingga tapi bercahaya. Tak pernah tenggelam meski hari telah kelam. Senja dimatamu yang berbinar, membuat rindu di kalbuku dikala kita tak bertemu. Aku tenggelam, di kedalaman matamu.

Kamu bagiku adalah hujan. Hujan yang datang memeluk bumi yang gersang. Hujan yang meredakan dahaga kaktus yang haus. Maka bagiku, pelukmu adalah hujan. Menyejukkan jiwa yang kadang amarah, menenangkan jiwa yang kadang goyah. Aku hanyut di arus pelukmu, lalu bermuara dihatimu.

Kamu bagiku adalah langit. Langit yang tinggi dan bersahaja tapi sedikitpun tak pernah angkuh. Langit yang selalu menjadi sahabat bagi matahari. Langit juga yang memeluk bulan dikala ia sendiri tanpa ditemani bintang. Maka bagiku, hatimu adalah langit. Luas dan lapang, tempatku menyandarkan segala angan. Dihatimu, aku menemukan kenyamanan. Maka, dihatimulah aku bertempat.

Lalu, siapa aku bagimu?
Share: