Thursday, March 7, 2019

Kenapa memilih usai, padahal kita belum selesai?

Barangkali aku terlalu bahagia, hingga selama bersamamu, tak pernah terpikir hal buruk akan terjadi.
Barangkali kamu terlalu melengkapi, hingga selama kita bersama, aku merasa bahwa kita tak mungkin terpisah.
Atau barangkali aku yang terlalu bodoh, mau saja larut dalam buaian janji manismu.

Aku tidak lagi menangis, mungkin lebih tepatnya air mataku yang telah kering. Pelbagai kisah kita tak ubahnya seperti kumpulan dongeng basi, menumpuk menjadi sampah yang membukit. Kau yang kukira abadi, nyatanya hanya seperti kembang api di malam tahun baru. Meledak, meriah, lalu lenyap dalam pekat. Sementara.

Tak ada yang menang dalam kisah kita. Aku kalah. Jelas. Dan kau lebih kalah. Sangat jelas. Kalah melawan egomu sendiri, hingga kau berakhir sebagai pecundang di mataku.

Mungkin ada baiknya aku tidur panjang. Menghadapi kenyataan sendirian begitu berat bagiku yang baru saja kehilangan kasih. Tapi mana bisa? Luka yang kau beri nyatanya membuatku terjaga sepanjang malam. Menangis tersedu hingga sesak dadaku. Kuhardik semua tentangmu hingga puas.

Kenapa memilih usai, padahal kita belum selesai?
Kenapa memilih pergi, disaat aku telah terbiasa kau buat bahagia?
Kenapa memilih dia, padahal aku memilihmu disaat yang lain datang menggoda?
Kenapa? Harusnya kau jelaskan itu sebelum pergi setelah satu pelukan hambar.



Share: