Sunday, August 18, 2019

Surat Untuk Ann


Apa kabar, Dewiku?
Ann, sudah setahun lebih sejak terakhir kali kita bertemu. Aku masih ingat semuanya, Ann. Tentang pertemuan pertama kita sore itu, tentang ketakutanku saat kukira engkau marah saat aku cium, percakapan-percakapan kita di sebelah Bowok, juga tentang cumbu pertama kita.

Ann,
Aku dan Mama disini baik-baik saja. Percayalah. Meski sesekali aku mendengar Mama menangis sesegukan pada malam hari dari balik kamarnya. Mungkin ia rindu sama kamu, Ann. Oh iya, usaha yang aku dan Mama mulai setelah kejadian kelam yang memisahkan kita itu, perlahan-lahan sudah mulai membaik. Darsam, Pono, dan beberapa pekerja lain masih setia bekerja bersama kita.

Ann,
Aku merindukanmu pada tiap sudut rumah ini. Aku masih bisa merasakan kehadiranmu, Ann. Wangi khas tubuhmu melekat di banyak tempat. Aku merasa sering ditemanimu duduk berbicara di teras rumah, hingga kemudia Mama menyadariku bahwa kau telah jauh disana.

Dendamku pada londo-londo bajingan itu memuncak tatkala aku teringat bagaimana ia memisahkan cinta kita. Sumpah serapah terburukku selalu keluar ketika aku melihat orang-orang Eropa jahanam itu. Tapi aku tak punya kekuatan yang lebih, Ann. Pribumi seperti diriku masih menjadi budak di negeriku sendiri. Kami, pribumi Indonesia, kalah dalam bersaing. Tapi aku janji, Ann. Aku akan mengalahkan orang-orang kulit putih itu tanpa henti. Bukan dengan otot, tapi dengan tulisan-tulisanku yang akan dimuat di surat kabar. Melalui tulisan, aku berjanji akan membangkitkan semangat perjuangan pribumi disini.

Aku juga belajar satu hal penting setelah kejadian itu, Ann. Bahwa benar kata temanku, untuk memanusiakan manusia, kita sudah harus bersikap adil sejak dalam pikiran. Dan itu yang tak dimiliki oleh Belanda bajingan disini. Keadilan hanya untuk mereka ras putih, sementara untuk pribumi totok, keadilan tak pernah berlaku.

Ann,
Bagaimana kabarmu di Belanda? Apakah bunga-bunga tulip disana menjadi tersaing keindahannya sejak kehadiran dirimu? Apa di Belanda ada yang memanggilmu mbakyu juga seperti disini? Terakhir aku baca surat darimu, katanya kau rindu dongeng dariku. Hahaha sial. Kenapa kau hanya merindukan dongeng dariku dan bukan diriku, Ann?

Ann,
Bersabarlah menunggu aku. Tak lama lagi, Ann. Aku berjanji akan menyusulmu kesana. Belanda hanya memisahkan raga kita, Ann. Tapi untuk hati, kita tak pernah berpisah.

Annelies Mellema, istriku sayang,
Seluruh aku tetap mencintaimu.

Suamimu,
Minke.


Share: