Thursday, February 27, 2020

Kita Yang Kembali Menjadi Asing



Bagaimana kemudian cara cinta bekerja adalah sebuah tanda tanya besar yang sulit untuk dijawab. Seseorang bisa saja jatuh berkali-kali meski disakiti berkali-kali pula. Alasannya kadang aneh. Padahal jatuh hati tak seharusnya diikuti dengan luka. Seseorang juga bisa pergi meninggalkan hati yang menjaganya. Hanya karena tak ingin lagi, enggan bersama. Padahal cinta harusnya hingga selamanya bukan sementara. Seseorang bisa saja jatuh cinta dengan banyak hati. Kesana-sini mengumbar setia. Padahal cinta sejatinya cukup satu. Menetap adalah perkara mudah namun tak dipilih.

Begitu pula kemudian cinta bekerja pada kita berdua. Sepasang yang tak lama. Genap yang urung. Seperti sia-sia semua yang kita perjuangkan. Namun begitulah cara kerjanya. Menggagalkan rencana-rencana. Membuat hujan di kedua sudut mata. Cinta ternyata tak hanya berkisah tentang keberhasilan namun juga kegagalan. Adalah keniscayaan jika kita menolak untuk menyadari.

Kamu adalah sebaik-baiknya tempat yang pernah aku jadikan rumah. Denganmu, akhir dari pencarian pernah begitu dekat. Lebih dekat dari debar jantung kita saat berpelukan. Denganmu, cinta pernah bertahta pada aksara berlafal kita. Yang pernah kita jaga bersama-sama, meski pada akhirnya usai juga. Denganmu, semua yang aku ingin adalah kita renta bersama. Menggenggam meski tak lagi kuat namun tetap hangat.

Kamu adalah alasan dari tiap raguku.

Kamu adalah henti dari langkahku.

Kamu adalah tiang dari langitku.

Kamu adalah isi dari hampa yang menggerogotiku.

Kamu adalah lecut dari lelahku.

Tapi kamu tak lebih dari sekadar cerita masa lalu. Embara kita telah berhenti. Pada sebuah persimpangan, kita memilih berpisah. Melanjutkan langkah masing-masing sambil membawa luka. Cinta bekerja tak seperti yang kita inginkan.

Aku berterima kasih kepada takdir, karena telah baik hati mempertemukan kita meski dalam waktu yang singkat. Kau adalah peluk yang selalu aku inginkan. Kau pernah menjadi segalaku atas semua kurangku. Meski hanya sebentar, meski tak lebih lama dari yang kita inginkan. Sekarang, mari cari bahagia kita sendiri-sendiri. Aku yang tanpamu dan kau yang tanpa aku. Kita yang kembali menjadi asing.

Share: