Friday, December 28, 2018

Beberapa Harapan


Aku ingin menjadi tempatmu bercerita disaat keluh kesahmu tak mampu lagi terbendung.
Aku ingin menggenggam tanganmu lalu meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. Bahwa kau tak perlu menangis lagi. Bahwa kau sepantasnya harus bahagia.
Aku ingin membuatmu tak pernah patah semangat. Seberat apapun ujian yang kau hadapi saat ini atau nanti, yakinlah bahwa kau akan menuntaskannya dengan baik.
Aku ingin membawakanmu seikat bunga tatkala kau berhasil melewati setiap tantangan yang kau hadapi.
Aku ingin kau tetap membumi tatkala keberhasilan membawamu terbang tinggi.
Aku ingin menjadi orang yang beruntung karena dapat melihatmu pertama kali setelah aku terjaga dari tidur.
Aku ingin meraih tanganmu, meyakinkanmu bahwa kita akan hidup bahagia bersama.

Lalu…
Kita akan menjadi pendengar yang baik disaat dunia pongah kepada kita.
Kita akan melewati semua masalah dengan saling bergandeng tangan. Kau akan ada disebelahku, begitupun sebaliknya.
Kita akan saling bercerita setiap sore di teras rumah. Ditemani teh hangat buatanmu yang terlalu manis.
Kita akan melawan dingin malam dengan membahas rencana-rencana masa depan, lalu diakhiri dengan satu peluk hangat sebelum mata terpejam.
Kita akan memulai pagi dengan satu gelas susu hangat, roti tawar dengan selai kacang, dan cerita tentang mimpi yang tak masuk akal, lalu ditutup dengan satu kecup di kening sebelum kerja.

Hingga…
Kita akan dibisingkan dengan tangis seorang anak bayi di siang dan malam.
Kita akan berbagi tugas untuk mengganti popok yang telah basah.
Kita akan kekurangan jam tidur karena ada yang akan menangis tak kenal waktu.
Kita akan menjaganya dari gigitan nyamuk dan semut.
Kita akan mengajarkannya berjalan, lalu mengenalkannya pada hewan-hewan dan tumbuhan.
Kita akan mengantarkannya ke sekolah untuk pertama kali dengan penuh rasa haru.
Kita akan dibuatnya bangga hari demi hari.

Setelahnya…
Kita akan keriput dan menua.
Kita mulai payah untuk sekadar melangkah.
Kita akan menjadi pelupa karena ingatan tak lagi punya daya.

Namun…
Kita akan tetap saling menggenggam meskipun tak sekuat dulu.
Kita akan tetap saling memeluk meski tak sehangat dulu.
Kita akan tetap saling menguatkan meski kita telah lemah.
Kita akan tetap terus bersama, hingga salah satu dari kita tiada.

Sederhananya…
Aku ingin memilikimu. Agar Tuhan tak sia-sia mempertemukan kita.




Share:

Tuesday, December 11, 2018

Sore Hari Di Jalan Dago

Sore hari di jalan Dago, kita mengawali pertemuan dengan tatap yang penuh malu. Oleh tatapmu, aku luluh. Setelahnya, aku selalu kembali ke tempat yang sama. Harapanku hanya satu; bertemu kembali denganmu. Beruntungnya, harapanku dikabulkan.

Dalam hati, aku selalu memintamu untuk tak terburu-buru saat kita bertemu. Duduklah sebentar di sebelahku. Ada kopi yang menunggu untuk kita sesap bersama. Ada cerita-cerita yang akan membuatmu tertawa. Ada jantung yang akan berdebar lebih dari biasanya saat kita kehabisan kata. Hingga entah pada temu keberapa, sapa pertama kita terjadi. Aku langsung jatuh hati.

Pada akhirnya, waktu berhasil membawa kita menjadi dua manusia yang berjanji untuk setia. Perlahan kita menghilangkan ragu hingga yang tersisa hanya rasa percaya. Tapi kita juga tak selalu baik-baik saja. Kadang kita bertengkar, marah, bahkan merasa kecewa. Namun dari sanalah kita belajar untuk menahan ego yang ada. Hingga akhirnya kita kembali bersama, tertawa dan bahagia.

Dan hari ini aku kembali lagi ke jalan Dago, tepat dua tahun setelah pertemuan kita dahulu. Dago semakin cantik, kenangan kita pun masih terekam jelas di berbagai sudutnya yang macet. Tak ada yang berbeda, hanya saja aku yang yang biasanya berdua denganmu disini, sekarang sendiri; kehilangan.

Sore hari di jalan Dago, kita pernah saling memiliki, sebelum akhirnya kita sama-sama pergi.


Share:

Saturday, December 8, 2018

Lelah


Aku pernah berharap terlalu lebih
Namun yang kudapat hanyalah penyesalan
Hingga kemudian kecewa menyelimuti

Lalu kita bertemu
Aku yang sudah lelah, kau paksa untuk kembali berharap
Dengan perhatianmu
Dengan senyummu
Dengan tatapmu yang selalu berhasil membuatku salah tingkah

Denganmu, kecewaku menguap
Denganmu, aku ingin kita hidup satu atap

Hingga akhirnya,
Aku yang telah membaik kau buat patah kembali
Aku yang telah terlanjur berharap kau buat kecewa sekali lagi
Kau telah dibahagiakan, bukan olehku
Aku telah dibohongi, tentu olehmu

Cinta sejatinya adalah tentang perjuangan untuk menggapai bahagia
Tapi aku menyerah untuk menggapainya. Aku punya rasa lelah.

Share: