Thursday, July 16, 2015

Pulang adalah Menang

Setelah hampir setahun merantau di Bandung, akhirnya mimpi untuk segera pulang ke kampung halaman terwujud. Pulang adalah sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu bagi semua perantau di segala penjuru.

Ada banyak pelajaran yang didapat dari sebuah kata yang dieja merantau. Saat kamu merantau, tidak peduli betapa indahnya kota tempatmu pergi, kesederhanaan akan kota kelahiranmu jauh lebih mewah daripada semuanya. Saat kamu merantau, tidak peduli betapa enak kuliner yang kamu makan disana, masakan ibu yang dimasak dengan penuh cinta adalah masakan terlezat di dunia. Saat kamu merantau, ada banyak hal-hal baru yang kamu lakukan bersama kepala-kepala baru, tapi melakukan hal-hal lama bersama teman-teman lama membuatmu lebih bahagia. Kebahagiaan sederhana yang sudah mulai sulit dirasakan.

Saat pertama sampai ke rumah, satu yang saya cari-cari adalah Asrul Gonzales. Bagi yang belum kenal siapa itu Asrul Gonzales bisa baca disini. Ada kerinduan yang sangat dahsyat dengan kucing kesayangan yang satu ini. Caelah. Kangen main bareng, kangen dicakar beliau, kangen liat dia tidur sambil menjulurkan lidah hahahaa. Setahun ditinggal pergi, Asrul mengalami perubahan yang pesat terutama dari tubuhnya. Otot bisep dan trisepnya terlihat lebih gagah dibalik bulu-bulunya yang halus. Ia sudah mulai tumbuh menjadi kucing remaja dengan ketampanan memikat. Tapi ada satu hal yang tidak berubah, ia tetap suka makan wafer coklat.

Selain Asrul, ada satu tempat yang juga saya rindukan selama merantau. Tempat merenung, tempat bermimpi menjadi orang hebat, tempat cita-cita dan harapan mulai tumbuh, tempat mencari ketenangan. Bukan, saya tidak merindukan toilet. Saya merindukan kamar tidur. Kamar tidur yang bau nya khas, bau baygon semprot. Maklum banyak nyamuk. Cukup lama ditinggal, ada banyak barang-barang yang “semi-berguna” yang menumpuk di kamar saya, mulai dari mainan waktu kecil, komputer rusak, printer rusak, piano rusak, radio rusak, dan tumpukan buku-buku. Entahlah ini kamar atau gudang.

Di kamar, saya punya satu benda kesayangan. Benda yang sudah ada sejak masih SD, benda yang selalu ada menemani, benda yang tak pernah mengeluh karena tak tahu caranya mengeluh. Bantal guling. Saking lamanya dipake, bantal guling ini sudah kempes, dekil, dan tak layaknya bantal guling lagi. Tapi tetap enak dipeluk. Dari dulu sebenarnya  sudah ada wacana mau diganti tapi saya nggak pernah mau. Buat apa diganti kalo dengan yang lama kita sudah nyaman? Saat ini bantal guling malang itu sudah terletak di gudang. Berdebu, tak terurus, dan tak pernah dipeluk lagi. Rest in peace.

Sekarang adalah waktunya menikmati kehangatan rumah. Menikmati setiap sudutnya yang dipenuhi dengan cinta. Karena rumah adalah sebaik-baiknya tempat untuk pulang setelah berlelah-lelah menapaki jalan baru. Melepaskan semua rutinitas, melupakan semua tugas, dan memulai semua aktifitas dengan bebas. Rumah selalu mempunyai daya magis untuk dirindukan setiap saat.


Pulang adalah menang. Menang melawan rindu yang telah lama menderu. Selamat berlibur!
Share: