Thursday, December 24, 2020

Akhir

desrezaarief.blogspot.com

Betapa kita adalah dua yang paling menyedihkan.

Pernah saling genggam hingga badai pun seolah tak mampu memisahkan, namun dengan mudahnya kita digoyahkan dengan satu tiupan angin pelan. Lalu kita tak tertaut. Tenggelam dalam pertanyaan yang tak mampu dijawab.  Hingga pada akhirnya tatap kita tak pernah lagi teduh, kecup tak pernah lagi ada untuk menguatkan. Sekejap kita menjadi asing yang paling mengenal. Pada sebuah akhir yang harusnya bahagia, kita menyedihkan.


Betapa kita adalah bahagia yang pernah singgah.

Bahagia pernah bertahta begitu megah pada kita. Sebisa mungkin kita menghindari duka karna sedikitpun aku tak ingin lihat matamu merah marah. Satu yang tak kita tahu, bahagia kita ternyata berbatas. Seolah ada waktu menunggu dengan jahat di ujung kisah. Dan entah pada detik keberapa, tak ada lagi tawa setelahnya dari wajah lucumu. Pada sebuah akhir dari perjalanan yang cukup panjang, kita memilih untuk pergi dan menyudahi singgah.


Betapa kita adalah luka yang harusnya tiada.

Kita hanya ingin bahagia saja pada awalnya. Saling memberi peluk saat hidup tak baik-baik saja. Saling menyembuhkan disaat dunia menjatuhkan. Saling ada saat yang lain tiada. Namun sebagaimanapun bahagia dipupuk, luka tetap memaksa tumbuh dan ada pada akhirnya. Membesar dan menganga hingga menutupi segala tawa. Pada sebuah angan yang kandas, luka harusnya tiada agar kita tetap memeluk bahagia.


Betapa kita adalah mimpi panjang yang singkat.

Kita pernah memimpikan sampai tua bersama. Aku akan menemanimu hingga hitam rambutmu tak lagi ada, kamu akan disampingku meski dekapku tak lagi hangat. Membayangkan tiap suka dan duka akan kita lewati dengan gagah. Namun kenyataan menghentikan apa yang kita damba. Pada sebuah mimpi panjang tentang kita, kenyataan akhirnya membangunkan dengan paksa dan parah.


Betapa kita telah berakhir. Akhir yang baik urung kita dapatkan. Akhir yang sempurna tak pernah jadi nyata. Begitulah kesimpulannya. Maka pergilah. Aku akan lupakan meski berat dan lama. Meski kelak pada satu malam yang panjang, ingatan tentang kita dengan deras datang. Membuka lagi luka di dada, membawa lagi semua yang seharusnya telah lupa.

Melangkahlah jauh bersama semua yang bukan aku. Dan, selamat tinggal.

Aku menyayangimu sebagai masa lalu.

Share: