Friday, August 11, 2017

Setelah Kepergianmu

Kamu pernah menjadi poros semestaku, sebagaimana kamu yang juga menjadikanku sebagai poros semestamu. Aku menggenggam erat tanganmu, pada suatu petang dibawah langit yang tak terlalu jingga. Kita pernah berjanji untuk tak saling pergi meninggalkan. Berjanji untuk saling menguatkan ketika langkah mulai lelah. Berjanji untuk menghapus semua luka dan memulai bahagia.

Kamu pernah menjadi masa depan yang ingin aku raih, sebagaimana kamu yang juga memimpikan untuk menjalani masa depan berdua denganku. Kita kemudian merencanakan tentang banyak hal. Tentang rumah kita yang mungil dan halamannya ditanami bunga-bunga. Tentang jenis kucing yang nantinya akan kita pelihara. Tentang dinding rumah yang nantinya akan kita penuhi dengan foto-foto dan koleksi buku.

Kamu pernah menjadi lentera di gelapku, sebagaimana kamu yang menjadikanku gemerlap di gulitamu. Aku pernah merasa kecewa tatkala sesuatu yang kuimpikan belum mampu aku raih. Lalu kamu datang bak malaikat dari surga. Pelukanmu kala itu membuatku mampu berdamai dengan diriku sendiri. Kamu pernah menangis sedu sedan tatkala musibah merenggut semua bahagiamu. Lalu aku mendekap tubuhmu. Meyakinkan bahwa semua yang terjadi memang sudah jalannya. Kamu hanya perlu melihat dengan sabar dan syukur. Tak lama, rona wajahmu kembali merekah.

Kamu pernah menjadi oase di tandusku, sebagaimana kamu yang menjadikanku hujan di gersangmu. Kita adalah dua insan yang saling membutuhkan. Aku membutuhkanmu sebagai penggenap dari ganjilku, kamu membutuhkanku sebagai penguat dari lemahmu. Aku membutuhkanmu sebagai rumah dari pulangku, kamu membutuhkanku sebagai pendengar dari segala keluh kesahmu.

Namun akhirnya, kita menjadi seperti orang asing yang tak pernah saling mengenal. Aku dan kamu menjadi sendiri kembali. Tak ada lagi kita, tak ada lagi mimpi yang ingin diwujudkan bersama, tak ada lagi sapa, dan tak ada lagi rasa.

Kamu pergi sebelum kita sempat merayakan kebersamaan di tahun keempat. Katamu aku telah berubah hingga kamu meragukan keseriusanku. Aku terpukul kala itu. Salahkah seorang lelaki yang jarang mengabarimu karena sedang sibuk menyiapkan masa depan denganmu?

Sekarang, setelah kepergianmu, aku harap aku akan tetap baik-baik saja. Meski aku tahu ada sebagian dari diriku yang kau hancurkan, tapi bukankah hidup harus tetap berlanjut bukan? Kehilanganmu memang menyakitkan. Tapi aku percaya hatiku akan kuat.

Aku, biarlah hancur. Biarlah kau sakiti. Biarlah kau tinggal pergi. Tak apa. Jika kau memang menemukan orang yang lebih baik, pergilah. Karena kau memang pantas untuk dapatkan yang terbaik. Tapi jika ternyata pilihanmu salah, nikmati sedihmu sendiri. Jangan pernah menoleh lagi kebelakang lalu berharap kembali melangkah bersama. Sebab aku telah melangkah jauh meninggalkanmu. Mencari bahagia yang tentunya bukan bersamamu lagi.

Terimakasih karena pernah menjadi bagian hidupku. Sebab karenamu, aku telah mempelajari dua hal sekaligus : jatuh karena cinta dan bangkit karena dikhianati.
Share:

Sunday, August 6, 2017

Jangan ragu. Aku mencintaimu

Seseorang pernah berkata kepadaku : Jika kelak kamu menemukan seseorang yang dapat menerima kekurangmu, memaafkan kesalahanmu, mengingatkanmu jika salah, mengajakmu membumi kembali ketika kau lupa daratan, membuatmu tersenyum ketika duniamu kelabu, maka, cintai dia.

Semestaku sebelum kau datang adalah sebuah pengulangan yang sangat membosankan. Pagiku hanya terisi dengan sendiri yang berteman sunyi. Malam hanya berteman dengan sekumpulan tugas yang mengundang kantuk. Aku adalah manusia yang terbiasa menikmati setiap waktu dengan kesendirian. Menulis tentang cinta hanya untuk diriku sendiri. Membaca larik puisi yang romantis untuk diriku sendiri. Aku tak pernah tau rasanya membagi kisah, sebagaimana aku yang sebelumnya tak pernah jatuh cinta.

Hingga akhirnya kau datang....

Kau datang dengan segala pesonamu yang membuatku luluh. Aku tak pernah mengerti tentang apa yang terjadi kala itu. Hingga pada akhirnya aku mulai menyadari bahwa aku jatuh cinta. Ya! Akhirnya aku jatuh cinta.

Kau datang dengan cara yang tak pernah aku kira. Siapa sangka bahwa tatap pagi itu adalah awal dari semuanya. Siapa sangka bahwa sapa waktu itu adalah awal dari secercah rasa. Siapa sangka bahwa tiap temu kita dulu adalah awal dari debar yang tak biasa. Kita terjebak dalam ruang dan waktu untuk saling bertemu. Beruntungnya, setiap rasa yang ada berbalas sempurna.

Kau datang, pada sebuah awal yang terakhir. Untuk setiap cerita yang akan terjadi, untuk setiap langkah yang akan selalu beriring, untuk setiap bahagia yang akan disyukuri, untuk setiap duka yang akan dipikul bersama, untuk setiap mimpi yang akan kita raih, untuk setiap cinta yang tak akan pernah binasa, semoga rasa diantara kita tak pernah berubah.

Dan, semestaku setelah kau datang menjadi lebih bernyawa. Pada tenangmu aku telah berlabuh. Meski nanti engkau marah atau murka, aku mencoba untuk tidak mengangkat jangkar dan berlayar pergi. Pada senyummu aku berlabuh. Meski suatu hari senyummu berubah menjadi tangis, aku disampingmu untuk memulai sebuah tawa yang baru. Pada hatimu aku berlabuh. Dan disana, aku ingin selamanya. Aku ingin ada dalam doa yang kau aminkan.

Kau telah datang, masuk ke dalam kehidupan seseorang yang kau ambil penuh hatinya.
Maka, jangan ragu. Aku mencintaimu.
Share: