Thursday, October 22, 2020

Rayu

desrezaarief.blogspot.com

Harinya tiba. Hari dimana kita saling mengucapkan kata yang awalnya tak pernah kita inginkan : Perpisahan. Kita harus saling melonggarkan peluk yang selama ini membuat nyaman. Kita harus merelakan hati kembali kosong setelah diisi dengan banyak hal baik. Kita harus mulai melangkah dengan arah yang beda setelah tujuan kita tak lagi sama.

Besok, kita adalah dua manusia yang hanya sempat saling bersama. Aku akan mengenangmu dengan sebaik-baiknya kisah yang pernah ada. Mengenang setiap detik bahagia yang pernah menyelimuti kita. Mengenang waktu dimana kita saling bertengkar karena hal kecil. Hingga aku berharap jika kelak aku telah tua dan pikun, semoga kenangan tentang kita masih tetap terjaga dengan baik di sudut kepala.

Pintaku hanya kau bahagia saja. Dengan jalanmu, dengan pilihanmu, dengan segala keputusanmu nanti. Langkah terbaik untuk memulai kembali adalah dengan merelakan. Maka, aku minta kepadamu untuk merelakan dengan utuh, sebagaimana aku yang telah merelakan kita urung bersama. Kau, bahagialah bersama segala yang bukan aku.

Betapa kelak aku akan sangat merindukan kita. Merindukan tiap rayu yang tercipta, merindukan tiap tawa yang ada. Waktu benar-benar telah membawa kita jauh hingga ke titik ini, namun sayangnya waktu tak sanggup membawa kita untuk menjadi satu. Waktu tak mampu merayu takdir untuk mengubah jalannya. Waktu juga tak cukup kuasa merayu Tuhan kita.

Namun pada akhirnya kita memang harus memutuskan. Antara bertahan dengan perbedaan yang besar, atau antara bertahan dengan harus ada salah satu yang mengalah. Lalu jalan terbaik yang kita pilih adalah kita yang sama-sama mengalah. Sebab bagaimanapun, Tuhan kita tak sama. Akan sulit rasanya kita berdiri diantara beda yang mendasar.

Sekarang, rayu Tuhanmu. Minta untuk dapatkan sesosok yang lebih baik dari aku.


Share: