Sunday, August 10, 2014

Tentang Cinta yang Belum Terucap

Aku tak tahu harus menuliskan apa lagi. Sepertinya semua rasa kagumku kepadamu telah kutumpahkan disetiap tulisanku. Senyummu, indah wajahmu, bahkan ceriamu sudah tertuang di setiap sajakku yang kaku. Tapi, bukankah cinta tak mengenal kata batas? Maka biarkan aku menulis tentangmu tanpa batas.

Ada barisan kata yang telah menggantung di ujung tenggorokanku. Entah sejak kapan, tapi aku memastikan sudah lama. Kadang ingin sekali aku mengatakannya tepat di depanmu. Tapi setiap kali aku mencoba, aku selalu tercekat. Rentetan kata-kata itu seakan enggan keluar. Ia tertahan oleh sebuah sekat yang bernama ketakutan.

Sebenarnya tak banyak yang ingin aku katakan. Aku hanya ingin mengatakan kepadamu tiga buah kata. Tiga kata sederhana namun memiliki arti yang dalam. Kata ini mewakili seluruh perasaanku kepadamu, kata ini adalah kesimpulan dari setiap sajak-sajak yang aku tulis untukmu, kata ini adalah alasan kenapa kamu selalu beredar di ingatanku. Dan kata itu berbunyi: Aku Cinta Kamu.

Mungkin impianku ini terlalu berlebihan.
Menjadi orang yang kau pilih untuk bersama mengarungi kehidupan.
Menjadi orang yang kau pilih untuk menjadikan pundakku sebagai sandaran saat kau bersedih.
Menjadi orang yang kau pilih untuk kemudian kau jaga hatiku.
Menjadi orang yang kau pilih diantara banyaknya sosok-sosok sempurna lainnya.
Menjadi orang yang kau pilih, dan menjadikanku makhluk yang paling beruntung dimuka bumi ini.

Mungkin juga aku terlalu banyak berandai-andai. Andai saja aku lebih berani saat ini, andai saja jiwaku tak selalu dikuasai oleh rasa takut, andai saja, andai saja. Aku tahu terlalu banyak berandai tak menghasilkan apapun. Tapi ketahuilah bahwa semua itu beralasan. Alasannya sederhana. Apa kamu mengingatku? Apa kamu tahu tentangku? Apa pernah aku terlintas sedikit saja difikiranmu?  Entahlah. Aku terlalu diam, engkau juga diam. Tapi aku tak menyalahkan diammu. Sungguh.

Bisa saja aku seperti katak yang merindukan bulan? Menginginkan sesuatu hal yang sulit terjadi. Tapi toh tidak ada salahnya kan?

Yaa, aku hanyalah sosok biasa yang berharap dipilih oleh bidadari se-sempurnamu.
Aku bagaikan seorang yang mengharapkan pelangi dikala mendung.
Aku bagaikan retakan tanah gersang yang merindukan rintikan hujan.
Aku orang yang tak sempurna yang menginginkan seorang bidadari.


Untukmu, wanita pemilik senyum yang paling indah, Aku mencintaimu.
Share:

Monday, August 4, 2014

Tulisan Awal di bulan Agustus

Agustus kembali menyapa dengan segala rahasia di dalamnya. Semoga kita semua bernasib baik.

Hey, Nona, apa kabar?
Maafkan aku yang sudah lama tak menulis tentangmu. Aku tidak melupakanmu. Aku hanya sedikit butuh ketenangan sebelum masa sibuk kembali lagi.

Biar aku tebak. Hari raya Idul Fitrimu tahun ini sangat menggembirakan bukan? Aku bisa mengetahuinya lewat foto lebaranmu yang engkau unggah di sosial media milikmu. Sudikah engkau menceritakannya sedikit kepadaku, Nona? Ceritakan tentang semua tempat indah yang engkau kunjungi di foto itu. Tapi sudahlah, lupakan saja. Yang jelas dari fotomu aku bisa tahu bahwa bidadari juga punya kampung halaman hahaha.

Sebenarnya aku juga pengen saat lebaran pulang kampung sepertimu. Menikmati indahnya tempat kelahiran ditengah ketatnya rutinitas pasti akan menjadi hal yang sangat indah. Tapi sayangnya saat ini aku belum sanggup, soalnya London jauh. Hehehe.

Yasudah Nona, sepertinya aku harus mengakhiri tulisan ini. Selamat menikmati sisa liburanmu. Maaf jika terlalu singkat. Sekedar bocoran saja, aku sekarang sedang membuat sebuah hadiah spesial untukmu. Nanti engkau pasti akan mengetahuinya juga dihari spesialmu. Semoga kamu suka yaa.

Sebagai tanda aku selalu mengingatmu, tulisan di awal Agustus ini aku persembahkan untukmu, wanita dengan keindahan bak bidadari.
Share: