Setelah hampir setahun merantau
di Bandung, akhirnya mimpi untuk segera pulang ke kampung halaman terwujud. Pulang
adalah sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu bagi semua perantau di segala
penjuru.
Ada banyak pelajaran yang didapat
dari sebuah kata yang dieja merantau. Saat kamu merantau, tidak peduli betapa
indahnya kota tempatmu pergi, kesederhanaan akan kota kelahiranmu jauh lebih
mewah daripada semuanya. Saat kamu merantau, tidak peduli betapa enak kuliner
yang kamu makan disana, masakan ibu yang dimasak dengan penuh cinta adalah
masakan terlezat di dunia. Saat kamu merantau, ada banyak hal-hal baru yang
kamu lakukan bersama kepala-kepala baru, tapi melakukan hal-hal lama bersama
teman-teman lama membuatmu lebih bahagia. Kebahagiaan sederhana yang sudah
mulai sulit dirasakan.
Saat pertama sampai ke rumah,
satu yang saya cari-cari adalah Asrul Gonzales. Bagi yang belum kenal siapa itu
Asrul Gonzales bisa baca disini. Ada kerinduan yang sangat dahsyat dengan
kucing kesayangan yang satu ini. Caelah. Kangen main bareng, kangen dicakar
beliau, kangen liat dia tidur sambil menjulurkan lidah hahahaa. Setahun
ditinggal pergi, Asrul mengalami perubahan yang pesat terutama dari tubuhnya.
Otot bisep dan trisepnya terlihat lebih gagah dibalik bulu-bulunya yang halus.
Ia sudah mulai tumbuh menjadi kucing remaja dengan ketampanan memikat. Tapi ada
satu hal yang tidak berubah, ia tetap suka makan wafer coklat.
Selain Asrul, ada satu tempat
yang juga saya rindukan selama merantau. Tempat merenung, tempat bermimpi
menjadi orang hebat, tempat cita-cita dan harapan mulai tumbuh, tempat mencari
ketenangan. Bukan, saya tidak merindukan toilet. Saya merindukan kamar tidur. Kamar
tidur yang bau nya khas, bau baygon semprot. Maklum banyak nyamuk. Cukup lama
ditinggal, ada banyak barang-barang yang “semi-berguna” yang menumpuk di kamar
saya, mulai dari mainan waktu kecil, komputer rusak, printer rusak, piano
rusak, radio rusak, dan tumpukan buku-buku. Entahlah ini kamar atau gudang.
Di kamar, saya punya satu benda
kesayangan. Benda yang sudah ada sejak masih SD, benda yang selalu ada menemani,
benda yang tak pernah mengeluh karena tak tahu caranya mengeluh. Bantal guling.
Saking lamanya dipake, bantal guling ini sudah kempes, dekil, dan tak layaknya
bantal guling lagi. Tapi tetap enak dipeluk. Dari dulu sebenarnya sudah ada wacana mau diganti tapi saya nggak
pernah mau. Buat apa diganti kalo dengan yang lama kita sudah nyaman? Saat ini
bantal guling malang itu sudah terletak di gudang. Berdebu, tak terurus, dan
tak pernah dipeluk lagi. Rest in peace.
Sekarang adalah waktunya
menikmati kehangatan rumah. Menikmati setiap sudutnya yang dipenuhi dengan
cinta. Karena rumah adalah sebaik-baiknya tempat untuk pulang setelah
berlelah-lelah menapaki jalan baru. Melepaskan semua rutinitas, melupakan semua
tugas, dan memulai semua aktifitas dengan bebas. Rumah selalu mempunyai daya
magis untuk dirindukan setiap saat.
Pulang adalah menang. Menang
melawan rindu yang telah lama menderu. Selamat berlibur!