Apa
kabar, Dewiku?
Ann,
sudah setahun lebih sejak terakhir kali kita bertemu. Aku masih ingat semuanya,
Ann. Tentang pertemuan pertama kita sore itu, tentang ketakutanku saat kukira
engkau marah saat aku cium, percakapan-percakapan kita di sebelah Bowok, juga
tentang cumbu pertama kita.
Ann,
Aku
dan Mama disini baik-baik saja. Percayalah. Meski sesekali aku mendengar Mama
menangis sesegukan pada malam hari dari balik kamarnya. Mungkin ia rindu sama
kamu, Ann. Oh iya, usaha yang aku dan Mama mulai setelah kejadian kelam yang
memisahkan kita itu, perlahan-lahan sudah mulai membaik. Darsam, Pono, dan
beberapa pekerja lain masih setia bekerja bersama kita.
Ann,
Aku
merindukanmu pada tiap sudut rumah ini. Aku masih bisa merasakan kehadiranmu,
Ann. Wangi khas tubuhmu melekat di banyak tempat. Aku merasa sering ditemanimu
duduk berbicara di teras rumah, hingga kemudia Mama menyadariku bahwa kau telah
jauh disana.
Dendamku
pada londo-londo bajingan itu memuncak tatkala aku teringat bagaimana ia
memisahkan cinta kita. Sumpah serapah terburukku selalu keluar ketika aku
melihat orang-orang Eropa jahanam itu. Tapi aku tak punya kekuatan yang lebih,
Ann. Pribumi seperti diriku masih menjadi budak di negeriku sendiri. Kami,
pribumi Indonesia, kalah dalam bersaing. Tapi aku janji, Ann. Aku akan mengalahkan
orang-orang kulit putih itu tanpa henti. Bukan dengan otot, tapi dengan
tulisan-tulisanku yang akan dimuat di surat kabar. Melalui tulisan, aku berjanji
akan membangkitkan semangat perjuangan pribumi disini.
Aku
juga belajar satu hal penting setelah kejadian itu, Ann. Bahwa benar kata
temanku, untuk memanusiakan manusia, kita sudah harus bersikap adil sejak dalam
pikiran. Dan itu yang tak dimiliki oleh Belanda bajingan disini. Keadilan hanya
untuk mereka ras putih, sementara untuk pribumi totok, keadilan tak pernah
berlaku.
Ann,
Bagaimana
kabarmu di Belanda? Apakah bunga-bunga tulip disana menjadi tersaing
keindahannya sejak kehadiran dirimu? Apa di Belanda ada yang memanggilmu mbakyu juga seperti disini? Terakhir aku
baca surat darimu, katanya kau rindu dongeng dariku. Hahaha sial. Kenapa kau
hanya merindukan dongeng dariku dan bukan diriku, Ann?
Ann,
Bersabarlah
menunggu aku. Tak lama lagi, Ann. Aku berjanji akan menyusulmu kesana. Belanda hanya
memisahkan raga kita, Ann. Tapi untuk hati, kita tak pernah berpisah.
Annelies
Mellema, istriku sayang,
Seluruh
aku tetap mencintaimu.
Suamimu,
Minke.