“Aku jatuh hati kepadamu setiap hari” ucapku berbisik di telingamu. Angin berhembus pelan. Menggoyangkan anak-anak rambutmu.
“Haruskah
setiap hari?” tanyamu kemudian. Aku menggangguk.
“Harus”
jawabku. “Aku harus jatuh hati kepadamu setiap hari. Agar kelak jika kita telah
tua dan aku hanya bisa terbaring di atas kasur, setidaknya aku masih punya satu
kewajiban: mencintaimu” hening setelah itu. Semesta seolah mendengarkan dengan
khidmat percakapan kita. Tak mau mengganggu dengan angin keras atau suara
jangkrik. Aku menatap ke arahmu. Garis senyum di wajahmu adalah lengkung
sempurna serupa pelangi.
Aku
beruntung. Dua kata yang paling tepat untuk menggambarkan aku saat ini. Aku
menemukan lautan tenang pada dalam tatapmu. Jantungku berdegup kencang tatkala
aku mengetahui bahwa satu-satunya orang yang kau izinkan untuk menyelaminya
adalah aku.
“Bagaimana
kamu akan mencintaiku setiap hari jika kamu saat tua hanya bisa terbaring di
atas kasur?” tanyamu serius sembari mengangkat alis kananmu.
“Kita
akan berpetualang”
“Maksudmu?”
kamu penasaran.
“Aku
akan mengajakmu kembali pada masa awal kita bertemu. Di toko buku. Kita mencari
satu buku yang sama kala itu. Namun buku yang tersisa hanya 1. Aku mengalah.
Membiarkanmu memilikinya meskipun aku sangat ingin membaca buku tersebut saat
itu. Karena merasa tak enak, kamu berjanji akan meminjamkannya begitu selesai
membaca. Aku mengangguk. Kita bertukar nomor telfon setelahnya. Dengan
mengalah, ternyata aku memenangkan hatimu” Kamu tertawa. Diikuti olehku.
“Kita
akan berpetualang ke banyak kenangan saat kita tak bisa lagi melakukan apa-apa.
Aku berjanji akan mengingatnya dengan baik untukku ceritakan lagi padamu kelak”
lanjutku.
“Bagaimana
kalau kenangannya telah habis” tanyamu lagi.
“Berarti
aku telah pergi. Tenang kembali kepadaNya. Jika saat itu tiba, ketahuilah bahwa
jeda antara kita berpisah hingga bertemu lagi adalah waktu yang akan sangat
membosankan”
“Setelah
kita bertemu lagi, apa kita akan jatuh cinta lagi?”
“Tentu.
Masih setiap hari. Sebab denganmu, aku tak ingin hanya di dunia saja”
“Tapi,
apa kamu juga akan mencintaiku setiap hari?” tanyaku kemudian.
“Tidak”
jawabmu singkat. Aku menoleh aneh. “Aku akan mencintaimu setiap detik” tutupmu.
Aku
beruntung. Dua kata yang sangat tepat ketika mengetahui bahwa kamu juga
mencintaiku. Aku menemukan angka yang menggenapiku, aku menemukan arah mata
anginku hingga aku tak perlu takut lagi tersesat, aku menemukan penenang dari
debar jantungku hingga aku tak perlu takut lagi saat cemas, aku menemukan
pelukmu yang lebih menenagkan dari suara debur ombak pagi hari. Aku beruntung.
Aku menemukanmu. Kita menemukan akhir dari pencarian. Kita beruntung.