Aku
ingin jujur.
Sekali
ini saja. Sebelum akhirnya aku akan pergi dan tak akan pernah kembali
melihatmu.
Begini.
Aku
kalah lagi. Kali ini oleh cinta yang ingin kumenangkan.
Banyak
harap jatuh tanpa tapi.
Mengabaikan
rasa.
Mengabaikan
cinta yang perlahan aku tunjukkan.
Berdalih
aku terlambat.
Padahal
kau yang memang tak ingin melangkah bersamaku.
Cinta
sebesar apa yang berhasil membawamu pergi?
Atau
bual seperti apa yang buatmu berhasil mengabaikan?
Janji
sehebat apa pula yang kemudian menghancurkan perahu yang tengah kusiapkan untuk
kita berlayar bersama.
Tidak.
Aku
sedang tidak menyalahkan pilihanmu.
Pergilah,
lalu bahagialah.
Kelak
kau juga akan tergantikan.
Aku
hanya perlu waktu untuk kemudian bangkit dan melangkah.
Meski
entah berapa lama.
Entah
pula butuh berapa banyak lagi pura-pura.
Sebab
bagian terbaik dari jatuh cinta adalah memiliki.
Dan
aku kira, tak ada yang mampu langsung kembali setelah gagal memiliki.
Haruslah
tertatih dahulu.
Apalagi
kau adalah apa yang hatiku pilih, meski aku bukan apa yang ingin kau miliki.
Sudah.
Jujurku
sudah.
Selamat
tinggal, luka.