Pilihanmu
salah. Kau mulai sadar sejak ujung matamu lebih sering mengeluarkan air mata
daripada bibirmu melengkungkan senyum. Pilihanmu ternyata tak lebih baik. Kau
tahu itu sebab seharusnya kau pilih aku sejak awal, bukan meninggalkan.
Di
ujung penyesalanmu, aku akhirnya menjelma sebagai masa lalu yang ingin kau raih
kembali. Menjelma menjadi lukisan usang yang tak lagi berwarna. Sebuah luka
masa lalu yang kau inginkan lagi untuk menyembuhkan luka baru yang kau dapat.
Duniamu
sedang tak baik-baik saja. Aku tahu itu sebab seperti itulah duniaku setelah
kau tinggalkan. Langit kamarku pernah menjadi saksi bahwa pada tiap malam yang
sunyi, kau adalah riuh yang paling memenuhi kepala. Sedihku seolah tak akan
menemui muara kala itu.
Kita
adalah cerita yang tak tuntas, atau terpaksa dituntaskan dengan sakit. Tak ada
yang menginginkan namun seperti itulah akhirnya. Kau pergi.
Maka
jangan kembali untuk kedua kali. Pergilah semakin jauh seyakin kau meninggalkan
aku dulu. Telan semua pahit yang kau pilih. Teguk semua penyesalan yang keluar
dari tangismu. Aku yang dulu kau buang tak akan pernah kembali meski kau
tawarkan surga sekalipun.
Aku pernah mencintaimu begitu sangat dan dalam. Aku hanya pernah. Sekarang tak lagi. Disaat kau telah berakhir pada peluk yang salah, aku telah bangkit dengan bahagia yang gagah. Tanpa perlu kau lagi di sebelah.