Tuesday, November 26, 2024

Terangkai Pukul Dua Dini Hari

 

Lalu kau mulai mengisi tiap sudut kepalaku

Mengalir memenuhi segala pembuluh

Menjelma menjadi sosok yang akhirnya selalu aku rindu

Kepadamu

Aku tahu

Cinta mulai tumbuh


Lalu tercebur aku di telaga pandangmu

Riang hanyut kau bawa aku tertawa

Teduh tatapmu lalu menyelamatkan

Dari gelap

Dari hampa yang menggerogoti


Lalu mendekatlah

Akan kupetik duka paling hebat di sudut matamu

Akan kuseduh hangat dalam dekap paling tenang

Akan kusajikan terang setelah gemuruh menerpamu panjang

Akan kuseka lukamu yang berlinang


Lalu di lautan hatimu aku ingin berlabuh

Memaknai akhir pada genggam tanganmu

Menyandarkan segala cemas di tepi pundakmu

Dan biarkan aku disana

Menetap

Menua bersama wangimu


Lalu jadilah rumah untuk segala puisi-puisiku

Menjadi akar untuk rimbun kasihku

Untukku merebah setelah patah tak tentu arah

Untuk menjadi alasan

Bahwa pada pelukmu yang paling lapang

Aku selalu ingin pulang


Lalu barangkali akan kulengkapi sebagian hatimu yang hilang

Barangkali akan kau genapkan segala ganjilku

Hingga kelak

Pada pukul dua dini hari

Tak hanya sunyi yang memeluk sendiriku





Share:

Thursday, October 3, 2024

Singkatnya..


Singkatnya, semua runtuh

Sekejap yang membekas di dada

Menerka-nerka pada bagian mana aku membuat luka

Atau

Atau memang kau yang ternyata berpura-pura

Hingga semua patah tanpa kata

Hancur di antah berantah

Pada tiap langkah yang dulu kuartikan sebagai pulang, kau membakarnya menjadi luka paling dalam

Cidera dan rasa sakit itu kemudian membekas

Berserak dalam satu museum bernama masa lalu

Beratap mimpi dan harap yang mulai usang

Berlantai janji yang urung aku genapi

Disana,

Di ambang pintunya yg mulai rapuh

Tersisa aku yang diam mematung

Berdiri dengan kepala tunduk

Menghela dengan sisa udara di dada

Menyadari tak lagi ada kau yang mengalir di darah

Lihat,

Tengoklah ke belakang

Ke tempat yang dulu pernah ada kau disana

Sekeping hati itu kemudian lebam membiru

Dihujam langkah kepergianmu

Kemudian apa yang lebih kejam dari itu?

Lihat,

Tengoklah sekali lagi

Aku telah penuh luka


Singkatnya, hanya aku yang berjuang

Share:

Wednesday, July 3, 2024

Sialnya, Kita Berada di Persimpangan


desrezaarief.blogspot.com


Aku mensyukuri berjuta-juta kali bahwa pada dirimu aku pernah berlabuh. Sejak saat itu, sejak kita hanya berdua, kau menjadi satu yang akan selalu aku jaga. Aku telah menahan langkahku agar tepat di depanmu aku berhenti.


Aku telah melangitkan beribu-ribu doa agar usai semua cari pada pelukmu. Yang aku ingin dan yang kamu ingin, adalah apa yang aku harap akan sama. Hingga kita melengkapi, hingga kita saling tak ingin pergi.


Berpuluh-puluh tahun dari hari ini, aku membayangkan kita yang menua dengan uban penuh di kepala. Langkah yang mulai lemah namun ada genggammu yang terus menguatkan. Mata yang mulai rabun hanya untuk sekadar melihat kerut di wajahmu. Hingga salah satu dari kita mati, namun dalam abadi aku tetap ingin engkau lagi.


Sialnya, sebelum sampai kesana, kita bertahan tak lebih lama dari mimpi yang masih ingin aku raih. Menemukan titik usai dan titik gagal pada langkah kita yang belum panjang.


Sialnya, tak kutemukan lagi tatap hangatmu seperti saat pertama kita bertemu. Dingin menyelimuti bincang kita, dan tepat setelah itu, aku kehilanganmu.


Sialnya, kita berada di persimpangan

Dan kau memilih jalan yang berbeda

Share: