Aku tak tahu harus menuliskan apa lagi. Sepertinya
semua rasa kagumku kepadamu telah kutumpahkan disetiap tulisanku. Senyummu,
indah wajahmu, bahkan ceriamu sudah tertuang di setiap sajakku yang kaku. Tapi,
bukankah cinta tak mengenal kata batas? Maka biarkan aku menulis tentangmu
tanpa batas.
Ada barisan kata yang telah menggantung di ujung
tenggorokanku. Entah sejak kapan, tapi aku memastikan sudah lama. Kadang ingin
sekali aku mengatakannya tepat di depanmu. Tapi setiap kali aku mencoba, aku
selalu tercekat. Rentetan kata-kata itu seakan enggan keluar. Ia tertahan oleh
sebuah sekat yang bernama ketakutan.
Sebenarnya tak banyak yang ingin aku katakan. Aku
hanya ingin mengatakan kepadamu tiga buah kata. Tiga kata sederhana namun
memiliki arti yang dalam. Kata ini mewakili seluruh perasaanku kepadamu, kata
ini adalah kesimpulan dari setiap sajak-sajak yang aku tulis untukmu, kata ini
adalah alasan kenapa kamu selalu beredar di ingatanku. Dan kata itu berbunyi:
Aku Cinta Kamu.
Mungkin impianku ini terlalu berlebihan.
Menjadi orang yang kau pilih untuk bersama
mengarungi kehidupan.
Menjadi orang yang kau pilih untuk menjadikan
pundakku sebagai sandaran saat kau bersedih.
Menjadi orang yang kau pilih untuk kemudian kau jaga
hatiku.
Menjadi orang yang kau pilih diantara banyaknya
sosok-sosok sempurna lainnya.
Menjadi orang yang kau pilih, dan menjadikanku
makhluk yang paling beruntung dimuka bumi ini.
Mungkin juga aku terlalu banyak berandai-andai.
Andai saja aku lebih berani saat ini, andai saja jiwaku tak selalu dikuasai
oleh rasa takut, andai saja, andai saja. Aku tahu terlalu banyak berandai tak
menghasilkan apapun. Tapi ketahuilah bahwa semua itu beralasan. Alasannya
sederhana. Apa kamu mengingatku? Apa kamu tahu tentangku? Apa pernah aku
terlintas sedikit saja difikiranmu?
Entahlah. Aku terlalu diam, engkau juga diam. Tapi aku tak menyalahkan
diammu. Sungguh.
Bisa saja aku seperti katak yang merindukan bulan?
Menginginkan sesuatu hal yang sulit terjadi. Tapi toh tidak ada salahnya kan?
Yaa, aku hanyalah sosok biasa yang berharap dipilih
oleh bidadari se-sempurnamu.
Aku bagaikan seorang yang mengharapkan pelangi
dikala mendung.
Aku bagaikan retakan tanah gersang yang merindukan
rintikan hujan.
Aku orang yang tak sempurna yang menginginkan
seorang bidadari.
Untukmu, wanita pemilik senyum yang paling indah, Aku
mencintaimu.