Ini
tentang kau yang pergi dengan banyak semoga yang kau hancurkan.
“Kapan?”
tanyamu malam itu.
“Sesegera
mungkin” jawabku pasti. Beberapa bulan setelahnya, kau pergi.
Aku
masih mengingat jelas pertanyaan itu. Berulang kali aku memukul bagian tubuhku,
berharap apa yang terjadi saat ini adalah mimpi. Tapi nyatanya ini benar
terjadi. Aku benar-benar kau buang. Kelimpungan aku menata hati yang retak
sana-sini. Degup jantung memelan, selaras dengan duniaku yang seakan memburam. Doa,
harap serta kejujuran semua berganti menjadi sia-sia. Percuma sebab tak lagi
berguna.
Ini
tentang kau yang menjauh. Tentang kau yang awalnya akan kuajak melangkah
bersama, namun pelan-pelan kau berhenti. Lalu berbelok arah tanpaku. Tanpa
menoleh bahkan berucap pisah, kau telah melangkah bersama yang lain. Dengan
senyum bahagia dan genggaman pada lengannya, kau tinggalkan aku seenaknya.
Ini
tentang kau yang aku kira adalah jawaban. Atas doa yang kuaminkan dengan
panjang. Atas doa yang selalu aku ulang-ulang. Sekarang, aku jadi malu pada
Tuhan, sebab pernah meminta sesuatu yang kukira untukku dengan amat lantang
namun ternyata bukan.
Ini
tentang kau yang dulu ingin kujadikan tempatku berlabuh dari lelahnya
pencarian. Di hatimu aku telah bersandar. Memperbaiki dan mengisi dermagamu
yang kosong dengan pelan. Lalu saat semua telah membaik, kau lepaskan
jangkarku. Mengambang aku terbawa ombak. Kau lupakan hadirku secepat kilat,
sementara dermagamu telah diisi dengan yang lain.
Ini
tentang aku yang kau tinggalkan. Kau patahkan hatiku, ketika aku telah
memberikannya kepadamu seluruh. Marah tercipta setelah sebelumnya tak pernah
ada untukmu. Aku kecewa. Terlebih aku terlampau banyak memberi percaya pada
hati yang kuanggap tepat. Padamu.
Lebih
dari aku menyesali bahwa aku harusnya bergerak lebih cepat, aku lebih menyesali
kau yang tak sabar menunggu sedikit lagi saja. Benar-benar sedikit lagi. Sebab
beberapa rencana baik telah aku siapkan.
Kau
terlalu kanak-kanak. Menganggap cinta hanya permainan tentang datang dengan
memesona lalu pergi dengan derap tergesa-gesa. Biar luka mendera aku. Kau pergi
saja tak apa. Aku punya hak untuk bahagia tanpamu. Entah bagamaina caranya,
entah berapa lama waktunya.
Ini
tentang aku yang ingin tetap kuat. Tapi bagaimanapun, aku tetap sakit. Sebab
aku pernah berharap agar aku dan kamu tumbuh menjadi “kita”.