Sunday, September 15, 2019

Kepadamu Yang Memilih Untuk Pergi


Ini tentang kau yang pergi dengan banyak semoga yang kau hancurkan.
“Kapan?” tanyamu malam itu.
“Sesegera mungkin” jawabku pasti. Beberapa bulan setelahnya, kau pergi.
Aku masih mengingat jelas pertanyaan itu. Berulang kali aku memukul bagian tubuhku, berharap apa yang terjadi saat ini adalah mimpi. Tapi nyatanya ini benar terjadi. Aku benar-benar kau buang. Kelimpungan aku menata hati yang retak sana-sini. Degup jantung memelan, selaras dengan duniaku yang seakan memburam. Doa, harap serta kejujuran semua berganti menjadi sia-sia. Percuma sebab tak lagi berguna.

Ini tentang kau yang menjauh. Tentang kau yang awalnya akan kuajak melangkah bersama, namun pelan-pelan kau berhenti. Lalu berbelok arah tanpaku. Tanpa menoleh bahkan berucap pisah, kau telah melangkah bersama yang lain. Dengan senyum bahagia dan genggaman pada lengannya, kau tinggalkan aku seenaknya.

Ini tentang kau yang aku kira adalah jawaban. Atas doa yang kuaminkan dengan panjang. Atas doa yang selalu aku ulang-ulang. Sekarang, aku jadi malu pada Tuhan, sebab pernah meminta sesuatu yang kukira untukku dengan amat lantang namun ternyata bukan.

Ini tentang kau yang dulu ingin kujadikan tempatku berlabuh dari lelahnya pencarian. Di hatimu aku telah bersandar. Memperbaiki dan mengisi dermagamu yang kosong dengan pelan. Lalu saat semua telah membaik, kau lepaskan jangkarku. Mengambang aku terbawa ombak. Kau lupakan hadirku secepat kilat, sementara dermagamu telah diisi dengan yang lain.

Ini tentang aku yang kau tinggalkan. Kau patahkan hatiku, ketika aku telah memberikannya kepadamu seluruh. Marah tercipta setelah sebelumnya tak pernah ada untukmu. Aku kecewa. Terlebih aku terlampau banyak memberi percaya pada hati yang kuanggap tepat. Padamu.

Lebih dari aku menyesali bahwa aku harusnya bergerak lebih cepat, aku lebih menyesali kau yang tak sabar menunggu sedikit lagi saja. Benar-benar sedikit lagi. Sebab beberapa rencana baik telah aku siapkan.

Kau terlalu kanak-kanak. Menganggap cinta hanya permainan tentang datang dengan memesona lalu pergi dengan derap tergesa-gesa. Biar luka mendera aku. Kau pergi saja tak apa. Aku punya hak untuk bahagia tanpamu. Entah bagamaina caranya, entah berapa lama waktunya.

Ini tentang aku yang ingin tetap kuat. Tapi bagaimanapun, aku tetap sakit. Sebab aku pernah berharap agar aku dan kamu tumbuh menjadi “kita”.



Share:

1 comment:

  1. Numpang nyimak sambil makan kerupuk, ya, Bang. Kalo dua tahun lalu baca ini, di komentar ini saya ikutan nangis sih...

    ReplyDelete

Tinggalkan jejak kalian disini. komen yaa :)