Bagaimana
kemudian cara cinta bekerja adalah sebuah tanda tanya besar yang sulit untuk
dijawab. Seseorang bisa saja jatuh berkali-kali meski disakiti berkali-kali
pula. Alasannya kadang aneh. Padahal jatuh hati tak seharusnya diikuti dengan
luka. Seseorang juga bisa pergi meninggalkan hati yang menjaganya. Hanya karena
tak ingin lagi, enggan bersama. Padahal cinta harusnya hingga selamanya bukan
sementara. Seseorang bisa saja jatuh cinta dengan banyak hati. Kesana-sini
mengumbar setia. Padahal cinta sejatinya cukup satu. Menetap adalah perkara
mudah namun tak dipilih.
Begitu
pula kemudian cinta bekerja pada kita berdua. Sepasang yang tak lama. Genap yang
urung. Seperti sia-sia semua yang kita perjuangkan. Namun begitulah cara
kerjanya. Menggagalkan rencana-rencana. Membuat hujan di kedua sudut mata. Cinta
ternyata tak hanya berkisah tentang keberhasilan namun juga kegagalan. Adalah
keniscayaan jika kita menolak untuk menyadari.
Kamu
adalah sebaik-baiknya tempat yang pernah aku jadikan rumah. Denganmu, akhir
dari pencarian pernah begitu dekat. Lebih dekat dari debar jantung kita saat
berpelukan. Denganmu, cinta pernah bertahta pada aksara berlafal kita. Yang pernah
kita jaga bersama-sama, meski pada akhirnya usai juga. Denganmu, semua yang aku
ingin adalah kita renta bersama. Menggenggam meski tak lagi kuat namun tetap
hangat.
Kamu
adalah alasan dari tiap raguku.
Kamu
adalah henti dari langkahku.
Kamu
adalah tiang dari langitku.
Kamu
adalah isi dari hampa yang menggerogotiku.
Kamu
adalah lecut dari lelahku.
Tapi
kamu tak lebih dari sekadar cerita masa lalu. Embara kita telah berhenti. Pada
sebuah persimpangan, kita memilih berpisah. Melanjutkan langkah masing-masing
sambil membawa luka. Cinta bekerja tak seperti yang kita inginkan.
Aku
berterima kasih kepada takdir, karena telah baik hati mempertemukan kita meski
dalam waktu yang singkat. Kau adalah peluk yang selalu aku inginkan. Kau pernah
menjadi segalaku atas semua kurangku. Meski hanya sebentar, meski tak lebih
lama dari yang kita inginkan. Sekarang, mari cari bahagia kita sendiri-sendiri.
Aku yang tanpamu dan kau yang tanpa aku. Kita yang kembali menjadi asing.
Anjay pedih
ReplyDelete