Thursday, October 3, 2024

Singkatnya..


Singkatnya, semua runtuh

Sekejap yang membekas di dada

Menerka-nerka pada bagian mana aku membuat luka

Atau

Atau memang kau yang ternyata berpura-pura

Hingga semua patah tanpa kata

Hancur di antah berantah

Pada tiap langkah yang dulu kuartikan sebagai pulang, kau membakarnya menjadi luka paling dalam

Cidera dan rasa sakit itu kemudian membekas

Berserak dalam satu museum bernama masa lalu

Beratap mimpi dan harap yang mulai usang

Berlantai janji yang urung aku genapi

Disana,

Di ambang pintunya yg mulai rapuh

Tersisa aku yang diam mematung

Berdiri dengan kepala tunduk

Menghela dengan sisa udara di dada

Menyadari tak lagi ada kau yang mengalir di darah

Lihat,

Tengoklah ke belakang

Ke tempat yang dulu pernah ada kau disana

Sekeping hati itu kemudian lebam membiru

Dihujam langkah kepergianmu

Kemudian apa yang lebih kejam dari itu?

Lihat,

Tengoklah sekali lagi

Aku telah penuh luka


Singkatnya, hanya aku yang berjuang

Share:

Wednesday, July 3, 2024

Sialnya, Kita Berada di Persimpangan


desrezaarief.blogspot.com


Aku mensyukuri berjuta-juta kali bahwa pada dirimu aku pernah berlabuh. Sejak saat itu, sejak kita hanya berdua, kau menjadi satu yang akan selalu aku jaga. Aku telah menahan langkahku agar tepat di depanmu aku berhenti.


Aku telah melangitkan beribu-ribu doa agar usai semua cari pada pelukmu. Yang aku ingin dan yang kamu ingin, adalah apa yang aku harap akan sama. Hingga kita melengkapi, hingga kita saling tak ingin pergi.


Berpuluh-puluh tahun dari hari ini, aku membayangkan kita yang menua dengan uban penuh di kepala. Langkah yang mulai lemah namun ada genggammu yang terus menguatkan. Mata yang mulai rabun hanya untuk sekadar melihat kerut di wajahmu. Hingga salah satu dari kita mati, namun dalam abadi aku tetap ingin engkau lagi.


Sialnya, sebelum sampai kesana, kita bertahan tak lebih lama dari mimpi yang masih ingin aku raih. Menemukan titik usai dan titik gagal pada langkah kita yang belum panjang.


Sialnya, tak kutemukan lagi tatap hangatmu seperti saat pertama kita bertemu. Dingin menyelimuti bincang kita, dan tepat setelah itu, aku kehilanganmu.


Sialnya, kita berada di persimpangan

Dan kau memilih jalan yang berbeda

Share:

Wednesday, December 13, 2023

Untukmu

Aku selalu membayangkan menjadi satu-satunya pundak yang kau cari saat lelah dunia membuatmu penuh keluh kesah. Kemudian di pundakku kau merebahkan segalanya. Memejamkan mata sejenak, mengisi kembali tenaga untuk kemudian esok kau mampu bangkit dan berpijak lagi. Untukmu, aku akan menjadi tempatmu bersandar. Atas segala pelik, atas segala masalah yang mencekik.

Aku selalu membayangkan menjadi satu-satunya telinga yang akan mendengarkan segala cerita dan celotehmu. Pada telingaku kau akan menemukan sebaik-baiknya pendengar atas segala ucapmu. Tentang pekerjaan yang membuatmu lelah, atau mimpi yang membuatmu gelisah. Untukmu, telingaku akan selalu ada. Berbicaralah sampai kau lelah dan aku akan mendengarkan. 


Aku selalu membayangkan menjadi satu-satunya genggam yang tak ingin kau lepas. Pada genggamku kau menemukan tenang. Tak lagi risau dengan apa yang akan dihadapi di depan sebab kau tahu, aku selalu disampingmu. Menguatkanmu saat langkahmu goyah, menopangmu saat langkahmu penuh darah. Untukmu, genggamku akan selalu mengiringi tiap jejakmu.


Aku selalu membayangkan menjadi satu-satunya peluk yang kau rindu. Kemudian di pelukku kau kembali menemukan hangat dari segala resah yang membuatmu gigil. Dalam dekapku, ragamu berlabuh. Dalam dekapku, degup kita berirama menjadi satu. Untukmu, pelukku akan selalu menjadi rumah yang paling tenang.


Aku selalu membayangkan menjadi satu-satunya sosok yang kau pilih. Untuk melengkapi, untuk melindungi, untuk kau berikan ruang mencintai tanpa henti. 

Sebab untukmu, cinta itu selalu ada.

Meski kelak engkau dimana

Meski kelak aku telah tiada

Share:

Wednesday, November 8, 2023

Merayakan Kita

desrezaarief.blogspot.com

Aku selalu suka memandangi wajahmu berkali-kali. Teduh yang amat lucu. Senyum yang teramat candu. Serupa mentari pukul tujuh, dadaku selalu hangat tatkala tatap kita beradu. Kau adalah perayaan itu. Letup-letup kecil di dada yang selalu aku syukuri hadirnya.

Aku selalu suka wangimu. Yang tertinggal di jaket, yang melekat di tangan tatkala kita bergandengan. Wangi yang menenangkan. Kau adalah perayaan itu. Hal-hal kecil darimu yang selalu aku rindukan.

Aku selalu suka hadirmu dalam hidupku. Menjelma menjadi keistimewaan yang Tuhan berikan. Kau adalah perayaan itu. Raga yang akan selalu aku jaga dalam dekap paling hangat. Hati yang tak akan pernah aku buat biru lebam. Semestaku telah berporos padamu. Berputar untuk kelak melawati banyak suka duka, berdua, dalam langkah yang akan selalu sama, dalam kisah yang akan lama.

Aku selalu suka kamu. Berkali-kali dan berlama-lama. Tanpa kenal waktu dan tanpa jeda. Sebab kau adalah perayaan itu. Temaram tatkala malamku terlalu redup. Bias rona jingga tatkala petangku terlampau kelabu. Kau adalah perayaan itu. Bising di kepala yang kerap membuatku terjaga.

Aku selalu suka merayakan kita. Dalam genggam-genggam erat, dalam langkah-langkah tak cepat, dalam lelah sepulang kerja, dalam tawa-tawa kecil, dalam debat-debat akan makan dimana, dalam cerita-cerita tentang banyak hal. Aku ingin selalu merayakan kita.

Sebab kau telah lebih dulu aku rayakan. Dalam banyak semoga yang melangit, agar selalu kau yang pulang dalam lingkar pelukku. Kau adalah usai yang aku ingin.

Share:

Sunday, January 15, 2023

Mata

 

desrezaarief.blogspot.com

Pada matamu aku ingin tenggelam.

Seperti itulah kemudian tatap matamu. Dalam yang ingin aku selami. Mencari kemungkinan aku mendapat tempat disana. Menjadi satu-satunya yang pertama kau tatap ketika sisa malam masih menggantung di matamu. Menjadi satu-satunya yang terakhir kau tatap ketika kau membenamkan lelah.


Pada matamu aku ingin menang.

Aku ingin mencintaimu dengan serakah saja. Tak membiarkan sesuatu membuat matamu merah lebam. Menghapus tangis lukamu aku ingin. Menggantikannya dengan binar bahagia hingga rona jingga petang kalah elok. Disitulah kemudian aku ingin ada. Menjadi satu-satunya pemenang di tajam matamu.

 

Pada matamu aku ingin pulang.

Layaknya anak kecil yang pulang bermain, aku ingin pulang pada tenang matamu. Menatapnya sambil berbincang tentang hari yang aku lalui. Hari yang dipenuhi dengan letih dan pening. Lalu pada hitam bola matamu, aku kembali menemukan nyawa. Untuk kemudian terus hidup menjadi satu-satunya cahaya yang kau rindu.

 

Pada matamu aku ingin berkelana.

Aku ingin pergi ke banyak tempat. Menatap segala yang indah di banyak sudut. Dan aku ingin kamu ada. Menatap bersama, melangkah seirama, berkelana ke banyak arah. Aku ingin berkelana bersama cantik tatapmu. Menunjukkan kepada dunia bahwa tak ada yang lebih beruntung daripada menjadi satu-satunya yang dipandang oleh mata secantikmu.

 

Pada matamu aku ingin ditatap

Dalam dekat

Dalam lekat

Dalam penuh harap bahwa akulah nanti yang akan kau miliki utuh

Dalam penuh semoga.

Semoga kelak adalah aku: yang memantul di bening matamu

 

Ah, lihat itu. Tatap tajam matamu, tembam pipimu, berpadu rapih dengan elok senyummu. Kau adalah bentuk sempurna dari yang aku cari, dari yang aku ingin.


Share:

Sunday, December 11, 2022

Mula

Bermula pada ketiadaan, kau hadir selepas kopi pagi hari

Membawa sebuah harap pada langkah menemukan

Membawa getar pada hati yang pernah getir

 

Bermula pada penantian, kau hadir yang semoga menggenapkan

Kau hadir yang semoga menyembuhkan

Kau hadir yang semoga adalah akhir

 

Begitulah kemudian semua bermula.

Mula atas semua temu

Mula atas semua rasa

Mula atas semua rindu

Lalu rinduku menjelma menjadi doa yang paling lantang. Memintamu untuk dapat kudekap, pada peluk yang paling panjang

 

Begitulah kemudian kau mulai memenuhi kepalaku

Menjadi senyum yang paling candu

Menjadi suara yang ingin selalu kudengar

Menjadi sosok yang selalu aku cari pada sudut mata

Lalu pada tatapmu yang dalam, aku seketika tenggelam. Mengalir kau pada tiap denyut nadi. Memenuhi rongga dada hingga pada tiap hembus nafasku, kau ada

 

Begitulah kemudian semua bermula

Titik temu kita

Share:

Sunday, July 3, 2022

Dan Aku Memilihmu

Dan aku memilihmu

Untuk kelak kupeluk beribu-ribu kali

Untuk kelak aku sayangi hingga mati

Akan ada banyak penantian untuk kita

Akan ada banyak sabar yang harus dilalui

Namun sekali lagi, aku telah memilihmu

Saat ini hingga nanti

 

Dan aku akan menjagamu

Dalam jarak

Dalam doa

Dengan sekuat-kuatnya amin dan semoga

Dan pada ruang yang dinamai hati

Kau abadi aku miliki

 

Dan aku akan menunggumu

Dengan penuh sabar

Dengan banyak rindu tanpa jeda

Hingga nanti entah pada detik keberapa

Kita akan melipat semua ruang yang memisahkan

Menang atas segala cemas dalam benak selama berjarak

 

Dan betapa denganmu adalah takdir yang sangat aku inginkan

Maka menetaplah, tak apa

Sungguh tak apa jika ingin selamanya

 

Aku memilihmu

Aku sayang kamu banyak-banyak

Akan selalu begitu

Share: