Thursday, October 18, 2018

Terima kasih, Bandung


Perjalananku dicukupkan. Beberapa hari sebelum meninggalkan kota ini, kenangan-kenangan lama sejak 4 tahun lalu menyeruak tanpa henti. Aku bagai seorang anak kecil yang menangis histeris tatkala ditinggal oleh ibunya ke pasar. Kenangan-kenangan itu membuat langkahku untuk meninggalkan Bandung semakin berat.

Aku masih ingat jelas bagaimana 4 tahun lalu saat pertama kali datang ke kota ini. Saat itu aku hanya seorang remaja yang sangat bahagia karna dapat menginjakkan kaki di kota Bandung. Kota ini adalah salah satu kota yang sangat ingin aku kunjungi. Bahagiaku tak terkira kala itu.

Perlahan aku mulai jatuh cinta dengan kota Bandung. Jatuh cinta dengan suasana kotanya, dengan sejuk hawanya, dengan ramahnya warga Bandung, dan banyak lagi. Oh iya, aku juga jatuh cinta dengan logat sunda yang menurutku unik-lucu-gemesh gimanaaaa gitu. Pun tak lupa jajanan kota Bandung yang bikin nagih, juga kedai kopinya yang ada dimana-mana. Sebab bagiku kedai kopi adalah tempat terbaik untuk menenangkan diri.

Beberapa hal berlalu dengan cepat. Aku akhirnya juga bisa berbicara menggunakan bahasa Sunda, hafal beberapa jalanan di Bandung, dan mulai terbiasa hidup di hawa yang cukup dingin. Aku semakin terikat dengan Bandung tatkala banyak sekali teman-temanku disini. Teman-temanku, merekalah yang selama 4 tahun ini mengisi hari-hariku di Bandung. Mereka adalah orang-orang yang hebat. Aku tetap diterima dengan baik meski kadang suka usil.

Ah mungkin aku yang terlalu spesial. Jadi mana mungkin mereka sanggup menjauhiku yang teramat lucu dan imut ini. Teman-temanku mungkin tidak mau mengakui bahwa aku adalah sosok yang akan sangat dirindukan. Tak apa. Mereka memang malu-malu seperti itu. Tapi dalam hati sangat peduli. Cih.

Setelah semua ini, aku akan mengingat kalian, semua teman-temanku di Bandung, sebagai salah satu bagian terbaik yang pernah aku miliki. Terima kasih untuk pernah saling menguatkan saat kita sedang berjuang, terima kasih untuk pernah membagi kebahagiaan saat kita bersama, terima kasih untuk pernah berbagi canda hingga kita lelah tertawa, terima kasih untuk semua kenangan yang telah kita ukir bersama. Akan aku bingkai dengan baik semua cerita yang kita buat untuk bekal tersenyum di hari tua kelak.

Aku membayangkan masa itu. Masa dimana kita telah menjadi tua. Menua di tempat masing-masing, renta dan semakin melemah. Lalu ingatan-ingatan tentang kita disaat muda menguatkan batin. Membawa kita pada titik rindu yang paling pilu. Tersenyum melihat foto-foto kita di waktu itu, tertawa tatkala mengingat setiap tingkah laku kita di waktu muda, menangis tatkala menyadari bahwa semua tak mungkin terulang lagi. Kelak saat itu kita hanya dapat memeluk kenangan melalui ingatan. Namun semoga dapat meredakan rindu yang menggebu.

Pada akhirnya, kita harus memilih jalan hidup masing-masing. Pada akhirnya, raga kita akan terpisah ratusan kilometer. Pada akhirnya, kita tak akan bisa lagi bertemu dengan mudah seperti dahulu. Pada akhirnya, pertemuan kita akan menjadi sebuah kenangan yang tak terlupakan. Dan pada akhirnya, aku akan mengingat kalian sebagai bagian terbaik yang pernah mengisi hariku.

Jika takdir membawaku kembali ke Bandung, tentu aku akan sangat bahagia. Tapi jika tidak, maka tak apa. Bandung sudah menjadi bagian penting dalam hidupku, tak mungkin lupa meski kelak daya ingatku melemah.

Sampai jumpa lagi, Bandung!
Titip teman-temanku disana.

*ditulis saat perjalanan meninggalkan Kota Bandung.

Share:

0 comments:

Post a Comment

Tinggalkan jejak kalian disini. komen yaa :)