Perjalananku
dicukupkan. Beberapa hari sebelum meninggalkan kota ini, kenangan-kenangan lama
sejak 4 tahun lalu menyeruak tanpa henti. Aku bagai seorang anak kecil yang
menangis histeris tatkala ditinggal oleh ibunya ke pasar. Kenangan-kenangan itu
membuat langkahku untuk meninggalkan Bandung semakin berat.
Aku
masih ingat jelas bagaimana 4 tahun lalu saat pertama kali datang ke kota ini.
Saat itu aku hanya seorang remaja yang sangat bahagia karna dapat menginjakkan
kaki di kota Bandung. Kota ini adalah salah satu kota yang sangat ingin aku
kunjungi. Bahagiaku tak terkira kala itu.
Perlahan
aku mulai jatuh cinta dengan kota Bandung. Jatuh cinta dengan suasana kotanya,
dengan sejuk hawanya, dengan ramahnya warga Bandung, dan banyak lagi. Oh iya,
aku juga jatuh cinta dengan logat sunda yang menurutku unik-lucu-gemesh gimanaaaa
gitu. Pun tak lupa jajanan kota Bandung yang bikin nagih, juga kedai kopinya
yang ada dimana-mana. Sebab bagiku kedai kopi adalah tempat terbaik untuk menenangkan
diri.
Beberapa
hal berlalu dengan cepat. Aku akhirnya juga bisa berbicara menggunakan bahasa
Sunda, hafal beberapa jalanan di Bandung, dan mulai terbiasa hidup di hawa yang
cukup dingin. Aku semakin terikat dengan Bandung tatkala banyak sekali
teman-temanku disini. Teman-temanku, merekalah yang selama 4 tahun ini mengisi
hari-hariku di Bandung. Mereka adalah orang-orang yang hebat. Aku tetap
diterima dengan baik meski kadang suka usil.
Ah
mungkin aku yang terlalu spesial. Jadi mana mungkin mereka sanggup menjauhiku
yang teramat lucu dan imut ini. Teman-temanku mungkin tidak mau mengakui bahwa
aku adalah sosok yang akan sangat dirindukan. Tak apa. Mereka memang malu-malu
seperti itu. Tapi dalam hati sangat peduli. Cih.
Setelah
semua ini, aku akan mengingat kalian, semua teman-temanku di Bandung, sebagai
salah satu bagian terbaik yang pernah aku miliki. Terima kasih untuk pernah
saling menguatkan saat kita sedang berjuang, terima kasih untuk pernah membagi
kebahagiaan saat kita bersama, terima kasih untuk pernah berbagi canda hingga
kita lelah tertawa, terima kasih untuk semua kenangan yang telah kita ukir
bersama. Akan aku bingkai dengan baik semua cerita yang kita buat untuk bekal
tersenyum di hari tua kelak.
Aku
membayangkan masa itu. Masa dimana kita telah menjadi tua. Menua di tempat
masing-masing, renta dan semakin melemah. Lalu ingatan-ingatan tentang kita
disaat muda menguatkan batin. Membawa kita pada titik rindu yang paling pilu.
Tersenyum melihat foto-foto kita di waktu itu, tertawa tatkala mengingat setiap
tingkah laku kita di waktu muda, menangis tatkala menyadari bahwa semua tak
mungkin terulang lagi. Kelak saat itu kita hanya dapat memeluk kenangan melalui
ingatan. Namun semoga dapat meredakan rindu yang menggebu.
Pada
akhirnya, kita harus memilih jalan hidup masing-masing. Pada akhirnya, raga
kita akan terpisah ratusan kilometer. Pada akhirnya, kita tak akan bisa lagi
bertemu dengan mudah seperti dahulu. Pada akhirnya, pertemuan kita akan menjadi
sebuah kenangan yang tak terlupakan. Dan pada akhirnya, aku akan mengingat
kalian sebagai bagian terbaik yang pernah mengisi hariku.
Jika
takdir membawaku kembali ke Bandung, tentu aku akan sangat bahagia. Tapi jika
tidak, maka tak apa. Bandung sudah menjadi bagian penting dalam hidupku, tak
mungkin lupa meski kelak daya ingatku melemah.
Sampai
jumpa lagi, Bandung!
Titip
teman-temanku disana.
*ditulis
saat perjalanan meninggalkan Kota Bandung.
0 comments:
Post a Comment
Tinggalkan jejak kalian disini. komen yaa :)