Untuk
perempuanku,
Kelak
jika suatu hari kau baca ini, percayalah rasa yang aku miliki sejak menulis ini
hingga akhirnya kau baca akan tetap sama. Kecuali kita yang semakin tua dan
langkah yang semakin goyah, semua akan tetap sama. Aku tetap mencintaimu.
Untuk
perempuanku,
Rambutmu
yang sebahu itu kelak akan memutih. Minus di matamu mungkin kelak akan
bertambah lagi. Lesung di pipimu akan layu. Kau akan semakin tua. Namun tangan
yang akan menggengammu, tangan yang akan mengelus kepalamu sebelum tidur, dan tangan
yang akan merangkul pundakmu kala berjalan akan tetap sama. Aku akan tetap
menjadi tangan yang akan membimbingmu.
Untuk
perempuanku,
Kelak
saat kita sedang menikmati pagi hari dengan secangkir teh hangat, saat tak
banyak lagi tenaga kita yang tersisa, kita akan kembali mengingat saat pertama
kali kita bertemu. Di kantor kala itu. Senyum yang masih malu-malu dan lirik
yang selalu curi-curi. Kita akan mengingatnya kembali, lalu menyadari bahwa
setelah semuanya, kita masih saling memiliki.
Untuk
perempuanku,
Kelak
aku juga akan bercerita tentang aku yang terlambat menyapamu. Saat aku mendapatimu
berjalan sendiri memasuki sebuah gedung. Pagi itu Jakarta sedang diguyur gerimis.
Kau menutupi kepalamu dengan telapak tangan. Beberapa rintik hujan membekas membasahi
baju kuningmu. Aku mempercepat langkah. Berharap dapat memberikan salam dan
jabat tangan denganmu. Aku berbelok ke arahmu, dan syahdan, kau telah hilang di
balik lift. Sapa pertama kita urung terjadi. Langkahku kurang cepat. Aku
menundukkan kepala. Diantara rintik hujan yang kian banyak menyerbu, pagiku
hari itu diawali dengan kecewa.
Untuk
perempuanku,
Kelak
saat kau sedang menangis, saat kau merasa bahwa dunia sedang tak baik denganmu,
akan ada aku yang akan memelukmu. Memeluk raga dan seluruh hatimu utuh. Dekap aku,
perempuanku. Luruhkan semuanya padaku. Sebab aku tak ingin ada tangis di matamu
yang tajam. Kau bahagia saja. Sebab untuk itu aku berjuang.
Untuk
perempuanku,
Kelak
saat kita telah menjadi satu. Saat tak ada lagi aku atau kamu melainkan kita. Saat
kau telah genapkan aku. Saat aku telah lengkapi kamu. Saat itulah kita telah
merasakan surga tanpa perlu mati dahulu. Kecup di bibirmu akan menjadi candu, sebagaimana
peluk yang akan selalu kau rindu.
Untuk
perempuanku,
Kelak
kau akan tahu bahwa hanya dengan pesonamu aku kalah telak. Rasa kian bergejolak
setiap harinya hingga aku tak lagi mampu menolak atau berkata tidak. Aku hanya
ingin kamu, dan itu mutlak.
Untuk
kamu,
Yang
kelak akan jadi perempuanku.
voor jou mol, met liefde.
0 comments:
Post a Comment
Tinggalkan jejak kalian disini. komen yaa :)