Pada matamu aku ingin tenggelam.
Seperti itulah kemudian tatap matamu. Dalam yang ingin aku selami. Mencari kemungkinan aku mendapat tempat disana. Menjadi satu-satunya yang pertama kau tatap ketika sisa malam masih menggantung di matamu. Menjadi satu-satunya yang terakhir kau tatap ketika kau membenamkan lelah.
Pada matamu aku ingin menang.
Aku ingin mencintaimu dengan serakah saja. Tak membiarkan sesuatu membuat matamu merah lebam. Menghapus tangis lukamu aku ingin. Menggantikannya dengan binar bahagia hingga rona jingga petang kalah elok. Disitulah kemudian aku ingin ada. Menjadi satu-satunya pemenang di tajam matamu.
Pada
matamu aku ingin pulang.
Layaknya
anak kecil yang pulang bermain, aku ingin pulang pada tenang matamu. Menatapnya
sambil berbincang tentang hari yang aku lalui. Hari yang dipenuhi dengan letih
dan pening. Lalu pada hitam bola matamu, aku kembali menemukan nyawa. Untuk kemudian
terus hidup menjadi satu-satunya cahaya yang kau rindu.
Pada
matamu aku ingin berkelana.
Aku
ingin pergi ke banyak tempat. Menatap segala yang indah di banyak sudut. Dan aku
ingin kamu ada. Menatap bersama, melangkah seirama, berkelana ke banyak arah. Aku
ingin berkelana bersama cantik tatapmu. Menunjukkan kepada dunia bahwa tak ada
yang lebih beruntung daripada menjadi satu-satunya yang dipandang oleh mata
secantikmu.
Pada
matamu aku ingin ditatap
Dalam
dekat
Dalam
lekat
Dalam
penuh harap bahwa akulah nanti yang akan kau miliki utuh
Dalam
penuh semoga.
Semoga
kelak adalah aku: yang memantul di bening matamu
Ah,
lihat itu. Tatap tajam matamu, tembam pipimu, berpadu rapih dengan elok
senyummu. Kau adalah bentuk sempurna dari yang aku cari, dari yang aku ingin.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete