Langit, jangan marah.
Aku tahu kau merindukanku. Tapi
melampiaskan rindumu dengan marah seperti ini bukanlah sesuatu yang baik,
Langit. Tahan amarahmu, atau rindu akan semakin menyiksamu. Rindu itu bagai
riak ombak, Langit. Jika kau tak kuat bertahan dan melawan, maka engkau akan
tenggelam di palung laut terdalam.
Aku tahu kau ingin aku ada di
sebelahmu. Tapi bertahan sebentar demi penantian akan kehadiran adalah
sesungguhnya perjuangan, Langit. Jangan ragukan hadirku, walau mesti aku harus
merangkak dan tertatih, langkah menujumu takkan pernah berhenti. Aku berjanji.
Aku tahu kau muak dengan mentari
yang terus membakar kulitmu. Mungkin kau juga semakin cemburu sebab mentari
selalu ditemani senja sebelum pulang ke peraduan. Tapi tanpa mentari, kau tak
akan pernah tahu apa artinya kelam, Langit. Bukankah kau juga tahu bahwa tanpa
mentari, aku juga tak akan terlihat indah? Segeralah berdamai dengan mentari.
Sambut ia dengan senyum terbaikmu di pagi hari.
Aku juga tahu kau membenci
hadirnya bulan. Bulan mempunyai banyak teman bernama bintang, sementara kamu
tak mempunyai teman seperti itu. Tapi bukankah bulan dan bintang selalu sedia
menemanimu ketika kelam, Langit? Bulan juga setia mendengarkan keluh kesahmu
tentang mentari yang terus membakarmu. Memang bulan tak selalu hadir dengan
utuh. Tapi setidaknya ia tak pernah meninggalkanmu ketika rapuh.
Aku tahu jika amarahmu hari ini
disebabkan olehku, Langit. Angin barat memberitahuku perihal kau sedang marah
besar diatas sebuah kota. Katanya, kau sangat mengerikan jika sedang marah. Tak
ada berani yang menghampirimu. Bahkan mentari pulang lebih dulu dan senja pun
memilih tak muncul. Maka, aku menitipkan sebuah surat kepada angin. Mungkin tak
akan menghapus rindumu kepadaku, tapi semoga bisa sedikit meredam amarahmu.
Langit, jangan marah. Jangan
keluarkan air matamu. Jika kau tak berhenti marah, bagaimana aku akan hadir
disebelahmu? Ingat, Langit. Aku hanya hadir selepas hujan yang kau turunkan,
bukan disaat hujan.
Langit, jangan marah. Jangan
keluarkan gemuruhmu. Jangan kau lukai orang-orang atau tumbuhan dengan petir
yang kau keluarkan. Berbesar hatilah menerima keadaan, Langit. Kau tidak sedang
kehilangan aku. Kita hanya berjarak sesaat, hingga kelak kita bertemu, aku
berjanji akan memelukku dengan erat.
Langit, jangan marah.
Salam,
Pelangi