Untuk kamu yang selalu
kurindukan.
Andai saja saat ini kamu duduk
disampingku. Tentu selama apapun perjalanan takkan pernah terasa sepi. Aku membayangkan
jika kita duduk berdampingan di gerbong kereta, lalu aku akan menceritakan
banyak hal kepadamu tentang awan-awan yang seolah mengejar rangkaian kereta
kita. Juga tentang kereta kita yang mengejar senja di tepi barat. Atau kita
bisa saja membicarakan hal-hal kecil yang kita lihat selama perjalanan. Apapun
itu, perbincangan antara dua orang yang saling jatuh cinta takkan pernah
mengenal kata membosankan.
Andai saja rindu bukan perkara
besar bagiku. Tentu saja aku tak perlu takut jika harus meninggalkanmu dalam
waktu yang cukup panjang. Selama jauh darimu, rindu adalah pembunuh paling
sadis bagi hari-hariku. Ia menguasai penuh pikiranku hingga aku lesap
kedalamnya. Asal kamu tahu, mungkin rinduku bisa saja terobati sedikit dengan
berbicara kepadamu melalui telepon, tapi nyatanya rindu hanya butuh temu agar
bisa luluh.
Andai saja jarak bisa dilipat
secepat kilat, tentu aku tak pernah harus bersedih ketika harus berjarak jauh
lagi denganmu. Bukan hal mudah mengatasi rindu ketika jarak dengan telak
menyekat. Memang, bisa saja kita mengatasi jarak dengan video call setiap hari.
Zaman menawarkan kemudahan bagi kita yang dipisahkan jarak. Namun tetap saja,
bagiku berada tepat disebelahmu dan merangkulmu meski cuma satu menit akan
lebih baik daripada video call berjam-jam. Tapi setidaknya jarak mengajarkanku
untuk menghargai setiap pertemuan. Untuk tak membuang sia-sia setiap pertemuan
yang terjadi setelah menumpuh jarak jauh-jauh.
Sekarang, diatas kereta yang
membelah wilayah, sesaat setelah peluk kita mengawali perpisahan ini, aku mulai
merindukanmu. Perihal air matamu yang tadi jatuh, aku memaknainya sebagai
sebuah kesabaran menunggu. Tugasku sekarang adalah menjaga dengan baik
kepercayaan yang engkau berikan, hingga nanti kita bertemu, akan kutumpahkan
segala rindu.
Ragaku boleh saja dibawa jauh
oleh sang waktu, tapi hati ku tak pernah sedikitpun berhenti memelukmu. Karena
bagiku, kau adalah tempat kembali setelah kaki lelah melangkah. Kau adalah
tempat bersandar ketika ragaku mulai gelisah. Kau adalah rumah bagi hatiku yang
selalu ingin pulang. Dan kau adalah tempat terbaik bagiku memaknai cinta. Jika
aku pulang nanti, sediakan pelukmu yang paling dalam.
Desember, 2016.
Diatas kereta menuju Jogja.
0 comments:
Post a Comment
Tinggalkan jejak kalian disini. komen yaa :)