Aku selalu menyukai bulan
Desember. Selain karena ini bulan kelahiranku, Desember selalu saja punya
cerita sebagai penutup perjalan setahun penuh. Seperti Desember tahun ini. saat
aku menemukanmu, lalu menyukaimu. Perempuan bulan Desember.
Adalah matamu yang pertama kali
mampu merobohkan pertahananku. Aku menatap matamu pada pagi bulan desember.
Matamu sejuk serupa embun di dedaunan pagi hari. Segala keraguan seketika runtuh
kala itu. Pada matamu yang cokelat, aku menemukan keyakinan. Pada matamu yang
teduh, aku ingin meletakkan harapan. Dan, pada matamu yang menenangkan, aku
selalu merindukan.
Adalah senyummu yang kemudian
membuatku tak mampu berkata-kata. Kau tersenyum pada siang bulan desember. Senyum
yang seindah senja itu terasa hangat di sela rintik hujan. Wajar jika kemudian
jantungku berdegup tak beraturan. Andai saja waktu itu aku mempunyai
keberanian, sudah kubingkai senyummu dengan kamera handphone ku. Tapi biarlah.
Biar saja aku merindukan senyummu dulu sampai kita bertemu lagi.
Adalah kemudian sang waktu yang baik
hati mempertemukan kita. Aku seolah menemukan pelita di kegelapan. Kamu
menuntunku menuju sebuah dunia yang dinamakan cinta. Lalu tanpa permisi, kau
masuk ke dalam labirin pikiranku. Berputar-putar sepanjang hari, hingga masuk
ke alam mimpi. Aku selalu menikmati episode-episode panjang tentangmu.
Jika aku ini malam, maka kamulah
sang purnama yang biasnya menerangiku. Jika aku ini dedaunan, maka kamulah
embun yang selalu kutunggu hadirnya di pagi hari. Jika aku ini ombak, maka
engkaulah tepi laut yang selalu kutuju.
Mari sini, sejenak kita bertemu
lagi sebelum desember beranjak pergi. Aku ingin mendengarkan cerita tentang
harimu. Aku ingin mendengarkan suara tawamu yang khas. Aku ingin menembus lensa
kacamatamu, lalu menatap bulat matamu hingga senja berganti malam.
saya suka sama tulisan anda yg ini. sederhana tapi berkelas. semoga bisa jadi penulis ya. ditunggu bukunya! :))
ReplyDelete