Sebelumnya, aku ingin mengucapkan
selamat kepadamu.
Selamat atas kebahagiaan yang
akhirnya kau raih. Selamat atas berujungnya penantianmu selama ini. Selamat
atas terisinya kekosongan-kekosonganmu. Dan selamat atas doa-doa mu yang
terkabul.
Pada suatu petang aku pernah
mendengarkan ceritamu. Kamu bercerita bahwa kamu ingin menjadi puteri bagi
kerajaan seorang lelaki. Katamu, akan kau jaga kerajaan itu dengan penuh cinta
dan kasih. Aku mendengarkan setiap ceritamu dengan baik. Matamu menyalak
seperti seorang orator handal. Dibalik yakinnya ucapanmu, aku yakin selalu ada
amin setelahnya. Sekarang, impianmu dikabulkan oleh Tuhan, kau akhirnya menjadi
seorang puteri. Puteri dari kerajaan lelaki yang kau pilih sendiri. Impianmu
terwujud, tapi bukan bersamaku.
Kamu juga pernah ingin dicintai
dengan sempurna meski kamu tak sempurna. Kamu pernah bertanya, apa mungkin
seorang lelaki akan datang kepadaku dan mencintaiku dengan semua kekuranganku?
Kemudian aku menjawab sembari menatap matamu. Lelaki mana yang lebih melihat
kekuranganmu dibanding kelebihanmu? Percayalah, seorang yang sempurna bagimu
kelak akan menutupi semua kurangmu, kataku. Ah, kamu bisa saja merendahkan
diri. Sedikitpun aku tak melihat ada kekurangan di dalam dirimu. Dan sekarang,
setelah perjuanganmu dalam menemukan ia yang menerima setiap kurangmu, kau akhirnya
dicintai dengan sempurna oleh lelaki yang kau anggap sempurna. Lelaki yang
dengan semua kelebihannya akan menutupi kurangmu. Kau disempurnakan, tapi bukan
denganku.
Kamu juga ingin ada seorang
lelaki yang dengan sabar menghadapi sifatmu yang kadang kekanak-kanakan. Kamu
bilang bahwa kamu ingin ada seorang lelaki yang datang untuk mendewasakanmu. Aku
diam sejenak kala itu. Aku pikir, jika seseorang itu benar mencintaimu, ia tak
akan mengubahmu menjadi apapun. Ia akan tetap mencintaimu meskipun kamu
bersikap kekanak-kanakan atau kebayi-bayian sekalipun. Sebab cinta datang bukan
untuk mengubah, tapi untuk menerima. Dan sekarang kamu telah menemukan
seseorang itu. seseorang yang mencintai sifat kekanak-kanakanmu. Kau
dilengkapi, tapi bukan denganku.
Sekarang aku izin pergi saja.
Izinkan aku pergi untuk mengikhlaskanmu bukan melupakanmu. Izinkan aku pergi
untuk mencari bahagia yang baru bukan terlarut dalam duka dan luka. Izinkan aku
pergi untuk merangkai mimpi yang baru bukan terus memimpikanmu. Izinkan aku
pergi untuk melanjutkan hidup bukan menyudahi hidup. Izinkan aku pergi untuk
belajar menerima kenyataan bukan mengutuknya. Izinkan aku pergi untuk mencintai
dia yang memang pantas aku cintai.
Dulu aku memang datang sebagai
lelaki yang mencintaimu. Selalu mendoakanmu dan berharap kebaikan menyertaimu. Pertemuan
denganmu mengajarkanku bahwa cinta sebagai pelajaran. Pelajaran untuk mencintai
namun harus melepaskan di waktu yang sama. Aku pergi saja. Aku pergi sebagai
lelaki yang pernah mencintaimu namun tak berbalas.
melow paraaah ������
ReplyDelete