Akhir-akhir
ini, Dilan menjadi pembicaraan dimana-dimana. Di setiap tongkrongan
remaja-remaja alay, di kos-kosan, di kampus, bahkan sampai di warkop. Ah aku
muak. Bisakah sejenak berhenti membicarakan Dilan? Lalu kita membicarakan
tentang agresi militer Belanda I misalnya? Hmmmm.
Kamu
kenal Dilan? Maksudku, kamu tau tentang Dilan? Sosok fiksi yang satu ini
menjadi sosok idaman para wanita setelah dulu ada Rangga AADC. Karakternya
memang beda. Rangga dengan sosok pendiam, sinis, dan suka baca puisi, sementara
Dilan sosok yang gombal, caper sama Milea, dan hobi tawuran. Namun kesamaannya,
sosok mereka berdua sama-sama disukai para wanita. Ah aku juga ingin.
Tapi…
Tapi
aku bukan Dilan. Aku bukan orang yang bisa meramal nanti kita akan bertemu
dimana. Jangan berharap seperti itu. Mungkin akan jadi romantis kalau misal aku
ramal nanti kita ketemu di kampus, tapi lebih baik lagi kalau kita ketemuannya
janjian aja. Kan kalau janjian aku bisa siap-siap dulu. Daripada aku ramal kita
ketemuan di kampus tapi kamunya enggak ke kampus kan ramalannya gagal. Atau daripada
aku ramal kita bertemu di kampus tapi ternyata kita bertemu di gang pas aku
lagi pakai celana boxer dan baju partai. Kan malu.
Tapi
aku bukan Dilan. Aku bukan orang yang bisa gombal seperti yang Dilan lakuin ke
Milea. Jangan berharap seperti itu. Oleh Dilan, rindu saja bisa dibikin puitis.
Tapi olehku, kalau rindu harus ketemu. Aku gak maksa kamu buat gak rindu karena
rindu itu berat, aku mau kita rindu bareng-bareng. Biar nanti yang merasakan
debar saat mau bertemu bukan cuma aku, tapi kamu juga.
Tapi
aku bukan Dilan. Aku bukan orang yang bisa ngasih hadiah ulang tahun berupa TTS
yang udah diisi. Jangan berharap seperti itu. Aku maunya kita yang ngisi TTS sama-sama,
entah di kedai kopi, di perpustakaan, atau di lobi kampus. Ah pasti lebih seru bukan?
Sambil ngisi TTS sambil cerita-cerita sampai lupa waktu.
Tapi
aku bukan Dilan. Aku bukan orang yang harus menunggu sore dulu baru aku tahu
aku cinta kamu. Jangan berharap seperti itu. Aku gak mau kamu menunggu. Kamu cantik,
aku sudah menyukaimu dari subuh. Gak tau kalau kamu.
Tapi
aku bukan Dilan. Aku juga tidak mau jadi Dilan agar kamu sukai. Aku cuma mau
jadi diriku sendiri, yang kamu cintai sesuai dengan kenyataan, bukan sesuai
dengan imajinasi. Aku cuma mau jadi diriku apa adanya, yang kamu cintai dengan
semua kurangku, bukan dengan lebihnya saja. Aku cuma mau jadi diriku, lalu kamu
cintai.
Aku
bukan Dilan, jadi yang aku butuhkan bukan Milea. Yang aku butuhkan kamu. Sesederhana
itu.