Wednesday, January 24, 2018

Sekarang Kita Berpisah

Sekarang, beberapa hal tak lagi sama. Aku terbangun diawali dengan sesuatu yang berbeda. Tak ada lagi sapa pagimu, juga tak ada lagi semangat darimu. Semuanya melebur terbalut lirih.

Jika saja bukan karena keinginan untuk bangkit, mungkin sekarang aku sudah menjadi pesakitan disudut kamar. Mendekap sedih kedua lutut, meratapi ternyata patah hati bisa seperih ini. Namun menyesali kenyataan tak akan membuatmu lebih baik.

Diluar hujan. Gemuruh saling bersautan mengisi luas langit. Ah, semesta bisa saja membuatku teringat lagi tentang kita dulu. Waktu itu hujan pukul 3 sore, 15 menit sebelum jadwal keretamu berangkat meninggalkan Bandung. Kita yang saat itu sedang berada di sebuah tempat makan dikejutkan dengan hujan yang tiba-tiba. Raut wajahmu sedikit panik. Berulang kali kamu melihat jam yang melingkari tanganmu. Aku pun tak kalah panik. Akhirnya aku memutuskan untuk meminjam payung di tempat makan itu. Lalu kita melintasi hujan berdua. Payung yang tidak terlalu besar itu tak cukup melindungi kita dari hujan. Sisi kiri badanku dan sisi kanan badanmu basah oleh hujan. Aku tersenyum mengingatnya lagi.

Sekarang kita berpisah, setelah beberapa luka tak lagi bisa diobati. Ah, jika saja aku lebih mengerti saat itu, mungkin sekarang kita lagi duduk bersama di bangku taman. Memandangi langit yang temaram sembari meyesap kopi. Lalu bercerita tentang kita dimasa depan. Hingga kopi dan cerita kita habis, dekapmu lah yang menghangatkan.

Sekarang kita berpisah, setelah langkah kita tak mampu lagi berjalan berdampingan. Jika saja saat itu ego kita bisa dikalahkan, mungkin sekarang aku masih menjadi orang yang kau kabari di setiap pagi dan menjadi orang terakhir yang kau ajak bicara sebelum tidur. Atau aku masih menjadi sesorang tempatmu bercerita tentang banyak hal. Mulai dari cerita tentang temanmu yang menyebalkan, mata kuliah yang tidak kau sukai, atau cerita tentang makanan apa yang ingin kau cicipi nanti bersamaku.

Sekarang kita berpisah, meninggalkan luka, menyisakan kenangan, menyesali pertengkaran, mensyukuri pertemuan. Tidak. Aku tidak membencimu sama sekali. Bagaimana mungkin aku membenci seseorang yang pernah ada di hidupku. Bagaimana mungkin aku membenci seseorang yang pernah mencuri hatiku dengan cara termanis. Aku pastikan, kau menjadi bagian termanis dari cinta yang pahit.

Sekarang kita berpisah, untuk menyembuhkan hati hingga siap kembali. Pergilah dulu. Berjalanlah tanpa adanya aku, berbahagialah tanpa adanya aku, sebagaimana aku akan melakukan hal yang sama. Luka di hati kita mungkin akan berbekas, namun seiring berjalannya waktu, semua akan menjadi baik lagi.

Sekarang kita berpisah. Darimu aku belajar satu hal, bahwa bagian tersulit dari perpisahan adalah bukan mencari seseorang yang akan mengisi kembali hati kita, tapi bagaimana berdamai dengan cerita kita yang berjudul kenangan.

Jangan bersedih lagi. Kau pantas lebih bahagia.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Tinggalkan jejak kalian disini. komen yaa :)