Friday, November 2, 2018

Jangan Takut Dengan Skripsi

“Kamu yakin mau ganti konsep programmnya? Nanti nggak beres loh skripsi kamu”

Kalimat dari salah satu dosen penguji waktu itu membuat saya terdiam beberapa saat. Berpikir. Mencerna apa yang selanjutnya harus dilakukan.

“Yakin, Pak. Saya usahakan bisa” Jawab saya mantap. Ruang dosen waktu itu mendadak lebih hangat. Bulir keringat mengucur di kening saya. Hari itu bimbingan pertama setelah selesai sidang seminar skripsi.

4 tahun lalu saat pertama kali menjadi mahasiswa, sesekali saya membayangkan bagaimana nanti saya akan menghadapi skripsi. Karna konon menurut cerita, dan menurut beberapa buku yang pernah saya baca, skripsi adalah momok yang paling menakutkan bagi setiap mahasiswa. Banyak yang gagal dan mengulang hingga banyak semester pada fase ini. Awal tahun ini, saat saya memasuki semester 8, saat itulah saya akan menghadapi momok paling menakutkan tersebut.

Tahap pertama, yaitu sidang proposal (pengajuan judul) alhamdulillah berhasil dilewati, meski harus menjalankan dua kali sidang. Lega karna sudah bisa skripsian tidak berlangsung lama, sebab setelahnya kegelisahan lain muncul lagi. Gimana nih cara ngerjain programmnya? Itu pertanyaan terbesar saya. Kuliah di jurusan teknik informatika mewajibkan kami harus membuat sebuah program saat skripsi. Kebetulan skripsi saya waktu itu membuat sebuah program android, yang saya sendiri pun belum pernah membuatnya. Modal saya cuma nekat dan yakin. Akhirnya dari sana saya mulai mencari banyak video referensi di youtube, baca-baca jurnal, sampe sharing ke temen yang lebih jago.

Kurang lebih 4 bulan berlalu, skripsi saya sudah siap untuk diseminarkan (disidang). Waktu itu bulan puasa, saya sidang pukul 11.30 siang. Kebayang kan gimana hausnya tenggorokan saat harus membacot selama satu jam di depan dosen penguji. Selesai sidang, mulut saya kemarau parah, pengen langsung buka puasa tapi takut dosa.

Selesai seminar, skripsi saya makin rumit. Konsep program yang sudah saya bikin ternyata kurang tepat dengan masalah. Jujur saya sempat pesimis pada titik ini. Apalagi kemudian mendapat pertanyaan dari dosen seperti pada pembukaan tulisan ini. “Kamu yakin mau ganti konsep programmnya? Nanti nggak beres loh skripsi kamu”. Saat itu di kepala saya sudah ada bayangan bahwa saya akan lulus tidak tepat waktu.

Setelahnya, saat saya sudah mulai down, hampir menyerah, saat itulah kekuatan dari silaturahmi sangat berguna. Saya langsung menghubungi temen yang baru saya kenal, yang juga menguasai tentang program yang saya bikin. Waktu itu saya minta langsung ketemuan dan langsung berguru kepada beliau. Ingat ya saya hanya minta diajarin bukan minta dibikinin. Setelah itu rasa optimis saya meningkat drastis. Yang awalnya udah putus asa sama skripsi tiba-tiba langsung semangat lagi. Hingga akhirnya saya bimbingan dengan membawa konsep baru dan setelah itu, dengan segala perjuangan, saya akhirnya bisa melanjutkan ke sidang akhir. Sidang yang dilewati dengan penuh kecemasan dan ketakutan, namun dihadiahi dengan kelulusan. Alhamdulillah.

Skripsi membuat saya merasakan bagaimana menjadi mahasiswa yang sebenarnya. Membaca banyak jurnal, rajin ke kampus tepat waktu, bekerja mati-matian demi deadline, dan banyak lagi. Banyak pengalaman saat skripsi yang membuat saya menjadikan skripsi sebagai waktu terbaik selama kuliah, mulai dari tidak tidur semalaman karna skripsi, nungguin bimbingan dari pagi sampai sore, tidur di lorong kampus karna nunggu dosen, lupa makan, saling menguatkan sesama teman, sampai was-was berminggu-minggu. Jujur beberapa kali saat sedang revisian, saya menangis. Menangis karna takut apa yang saya lakukan sejauh ini ternyata sia-sia, menangis karna takut mengecewakan orang tua, dan menangis karna beban skripsi yang semakin berat.

Skripsi secara tidak langsung melatih mental saya dalam menghadapi orang yang lebih tinggi statusnya, melatih keberanian saya dalam berpendapat, dan tentunya melatih kemampuan membacot saya. Karna kalau skripsi, jangan hanya mengangguk-angguk saja kalau lagi bimbingan, karna bisa jadi dosen pembimbing hanya mengetes penelitian kita, makanya harus menguasai apa yang kita teliti. Kalo enggak nanti bisa bingung sendiri.

Sekarang masa skripsi telah selesai, saya telah menyandang gelar sarjana. Pengalaman skripsi, bagaimanapun pahitnya, bagaimanapun jatuh bangunnya, bagaimanapun beratnya perjuangan yang telah saya lakukan, adalah pengalaman terbaik selama kuliah. Saya bersyukur bisa melewatinya dengan baik. Semoga kalian juga.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Tinggalkan jejak kalian disini. komen yaa :)