“Kamu
yakin mau ganti konsep programmnya? Nanti nggak beres loh skripsi kamu”
Kalimat
dari salah satu dosen penguji waktu itu membuat saya terdiam beberapa saat.
Berpikir. Mencerna apa yang selanjutnya harus dilakukan.
“Yakin,
Pak. Saya usahakan bisa” Jawab saya mantap. Ruang dosen waktu itu mendadak
lebih hangat. Bulir keringat mengucur di kening saya. Hari itu bimbingan
pertama setelah selesai sidang seminar skripsi.
4
tahun lalu saat pertama kali menjadi mahasiswa, sesekali saya membayangkan
bagaimana nanti saya akan menghadapi skripsi. Karna konon menurut cerita, dan
menurut beberapa buku yang pernah saya baca, skripsi adalah momok yang paling
menakutkan bagi setiap mahasiswa. Banyak yang gagal dan mengulang hingga banyak
semester pada fase ini. Awal tahun ini, saat saya memasuki semester 8, saat
itulah saya akan menghadapi momok paling menakutkan tersebut.
Tahap
pertama, yaitu sidang proposal (pengajuan judul) alhamdulillah berhasil
dilewati, meski harus menjalankan dua kali sidang. Lega karna sudah bisa
skripsian tidak berlangsung lama, sebab setelahnya kegelisahan lain muncul
lagi. Gimana nih cara ngerjain
programmnya? Itu pertanyaan terbesar saya. Kuliah di jurusan teknik informatika
mewajibkan kami harus membuat sebuah program saat skripsi. Kebetulan skripsi
saya waktu itu membuat sebuah program android, yang saya sendiri pun belum
pernah membuatnya. Modal saya cuma nekat dan yakin. Akhirnya dari sana saya
mulai mencari banyak video referensi di youtube, baca-baca jurnal, sampe sharing ke temen yang lebih jago.
Kurang
lebih 4 bulan berlalu, skripsi saya sudah siap untuk diseminarkan (disidang). Waktu
itu bulan puasa, saya sidang pukul 11.30 siang. Kebayang kan gimana hausnya
tenggorokan saat harus membacot selama satu jam di depan dosen penguji. Selesai
sidang, mulut saya kemarau parah, pengen langsung buka puasa tapi takut dosa.
Selesai
seminar, skripsi saya makin rumit. Konsep program yang sudah saya bikin
ternyata kurang tepat dengan masalah. Jujur saya sempat pesimis pada titik ini.
Apalagi kemudian mendapat pertanyaan dari dosen seperti pada pembukaan tulisan
ini. “Kamu yakin mau ganti konsep
programmnya? Nanti nggak beres loh skripsi kamu”. Saat itu di kepala saya
sudah ada bayangan bahwa saya akan lulus tidak tepat waktu.
Setelahnya,
saat saya sudah mulai down, hampir
menyerah, saat itulah kekuatan dari silaturahmi sangat berguna. Saya langsung
menghubungi temen yang baru saya kenal, yang juga menguasai tentang program
yang saya bikin. Waktu itu saya minta langsung ketemuan dan langsung berguru
kepada beliau. Ingat ya saya hanya minta diajarin bukan minta dibikinin.
Setelah itu rasa optimis saya meningkat drastis. Yang awalnya udah putus asa
sama skripsi tiba-tiba langsung semangat lagi. Hingga akhirnya saya bimbingan
dengan membawa konsep baru dan setelah itu, dengan segala perjuangan, saya
akhirnya bisa melanjutkan ke sidang akhir. Sidang yang dilewati dengan penuh
kecemasan dan ketakutan, namun dihadiahi dengan kelulusan. Alhamdulillah.
Skripsi
membuat saya merasakan bagaimana menjadi mahasiswa yang sebenarnya. Membaca
banyak jurnal, rajin ke kampus tepat waktu, bekerja mati-matian demi deadline,
dan banyak lagi. Banyak pengalaman saat skripsi yang membuat saya menjadikan
skripsi sebagai waktu terbaik selama kuliah, mulai dari tidak tidur semalaman
karna skripsi, nungguin bimbingan dari pagi sampai sore, tidur di lorong kampus
karna nunggu dosen, lupa makan, saling menguatkan sesama teman, sampai was-was
berminggu-minggu. Jujur beberapa kali saat sedang revisian, saya menangis.
Menangis karna takut apa yang saya lakukan sejauh ini ternyata sia-sia,
menangis karna takut mengecewakan orang tua, dan menangis karna beban skripsi
yang semakin berat.
Skripsi
secara tidak langsung melatih mental saya dalam menghadapi orang yang lebih
tinggi statusnya, melatih keberanian saya dalam berpendapat, dan tentunya
melatih kemampuan membacot saya. Karna kalau skripsi, jangan hanya
mengangguk-angguk saja kalau lagi bimbingan, karna bisa jadi dosen pembimbing
hanya mengetes penelitian kita, makanya harus menguasai apa yang kita teliti.
Kalo enggak nanti bisa bingung sendiri.
Sekarang
masa skripsi telah selesai, saya telah menyandang gelar sarjana. Pengalaman
skripsi, bagaimanapun pahitnya, bagaimanapun jatuh bangunnya, bagaimanapun beratnya perjuangan yang telah saya lakukan, adalah pengalaman terbaik selama kuliah.
Saya bersyukur bisa melewatinya dengan baik. Semoga kalian juga.
0 comments:
Post a Comment
Tinggalkan jejak kalian disini. komen yaa :)