Detik
berganti dengan detik, jam berganti dengan jam, hari berganti dengan hari,
minggu berganti dengan minggu, bulan berganti dengan bulan, dan tahun berganti
dengan tahun.
Mungkin
ada banyak kenangan yang terjadi dalam rentang waktu satu tahun ini. Ada banyak
juga peristiwa yang membuatmu sedih, marah, kesal, kecewa, dan bahagia. Apapun
itu, ingatlah semuanya. Jadikan pelajaran untuk memperbaiki diri di tahun
selanjutnya.
Apa
kabar tahunmu? Berapa banyak cerita yang bisa kau ingat? Biar aku tebak. Ada
100 cerita kah? 700 cerita? Atau mungkin 1000 cerita? Ah entahlah. Tapi, apa
kau masih ingat cerita pertama kita di tahun baru lalu?
Di
pantai, diatas pasir putih namun gelap malam itu, dibawah langit malam yang
terang oleh letupan kembang api, kita memperingati tahun baru 2014 lalu dengan
sangat gembira. Gelak tawa, suka cita, dan canda saat itu berpadu dengan
terompet-terompet yang saling mengeluarkan suara silih berganti. Ratusan bahkan
ribuan kembang api saat itu seolah berlomba untuk berbunyi paling keras dan
bercahaya paling terang. Kita berdua mendongakkan kepala melihat keindahan
langit malam itu hingga leher terasa pegal.
Lalu
seolah tak mau kalah, kita pun ikut menyalakan kembang api yang kita beli satu
jam sebelum pergantian tahun. Aku memegang kembang api di tangan kanan, dan
kamu di tangan kiri. Sesaat setelah dinyalakan, kita berdua pun seakan berlomba
agar kembang api yang kita miliki meledak paling keras dan melunjur paling jauh
ke langit hingga titik paling tinggi. Indah sekali. Suara deburan ombak yang
tak kalah keras saat itu pun seolah ikut menjadi pengiringnya. Lalu disaat kita
masih terpaku dengan kilauan cahaya kembang api, seketika aku menggenggam
tanganmu, dan dengan setengah berteriak berkata. Jangan jadikan dirimu seperti
kembang api ini. Melesat tinggi jauh kelangit kemudian mengeluarkan percikan
cahaya nan indah hingga menerangi sekitarnya, namun disaat itu juga hilang
dalam sekejap bersama gelap awan. Hancur. Tak ada yang tersisa sedikitpun.
Kamu
tahu? Diantara letupan kembang api malam itu, ada banyak pula harapan dan doa
yang diucapkan oleh orang-orang. Berharap tahun baru bisa membawa perubahan,
berharap tahun baru bisa membuat hidup lebih baik, dan masih banyak lagi
harapan yang terucap dari mulut-mulut yang terus merapal. Memang tak salah.
Adanya resolusi terhadap diri menjadi semacam penyemangat di awal tahun. Aku
pun begitu. aku diam-diam dalam hati juga berharap suatu hal yang sangat aku
inginkan. Suatu hal yang tidak ingin aku kehilangannya. Suatu hal yang ingin
aku perjuangkan terus. Saat itu aku berharap, semoga kita bisa bersama
selamanya. Hanya itu. Sedikit tapi banyak kebahagiaan di dalamnya. Sedikit tapi
memberikan banyak arti dalam hidup. Kamu? Aku tidak tau apa yang kamu pinta
saat itu. Kamu sendiri tidak pernah menceritakannya sampai saat ini. Apa
permintaanmu sama dengan permintaanku?
Nanti
bila kita sudah mulai memasuki tahun 2015, tetaplah jaga mimpi dan anganmu.
Raih apa yang belum sempat kamu raih saat ini. Dan, tetaplah menjadi wanita
hebat yang memiliki senyum yang paling indah.
Untukmu,
Ini adalah surat terakhirku di tahun ini. Maaf kalau aku tidak bisa menemanimu disaat
tahun baru nanti. Satu hal yang perlu kamu ketahui, aku menutup tahun ini
dengan tetap mencintaimu.
Bandung,
akhir Desember 2014.