Monday, December 29, 2014

Akhir Desember 2014

Detik berganti dengan detik, jam berganti dengan jam, hari berganti dengan hari, minggu berganti dengan minggu, bulan berganti dengan bulan, dan tahun berganti dengan tahun.

Mungkin ada banyak kenangan yang terjadi dalam rentang waktu satu tahun ini. Ada banyak juga peristiwa yang membuatmu sedih, marah, kesal, kecewa, dan bahagia. Apapun itu, ingatlah semuanya. Jadikan pelajaran untuk memperbaiki diri di tahun selanjutnya.

Apa kabar tahunmu? Berapa banyak cerita yang bisa kau ingat? Biar aku tebak. Ada 100 cerita kah? 700 cerita? Atau mungkin 1000 cerita? Ah entahlah. Tapi, apa kau masih ingat cerita pertama kita di tahun baru lalu?

Di pantai, diatas pasir putih namun gelap malam itu, dibawah langit malam yang terang oleh letupan kembang api, kita memperingati tahun baru 2014 lalu dengan sangat gembira. Gelak tawa, suka cita, dan canda saat itu berpadu dengan terompet-terompet yang saling mengeluarkan suara silih berganti. Ratusan bahkan ribuan kembang api saat itu seolah berlomba untuk berbunyi paling keras dan bercahaya paling terang. Kita berdua mendongakkan kepala melihat keindahan langit malam itu hingga leher terasa pegal.

Lalu seolah tak mau kalah, kita pun ikut menyalakan kembang api yang kita beli satu jam sebelum pergantian tahun. Aku memegang kembang api di tangan kanan, dan kamu di tangan kiri. Sesaat setelah dinyalakan, kita berdua pun seakan berlomba agar kembang api yang kita miliki meledak paling keras dan melunjur paling jauh ke langit hingga titik paling tinggi. Indah sekali. Suara deburan ombak yang tak kalah keras saat itu pun seolah ikut menjadi pengiringnya. Lalu disaat kita masih terpaku dengan kilauan cahaya kembang api, seketika aku menggenggam tanganmu, dan dengan setengah berteriak berkata. Jangan jadikan dirimu seperti kembang api ini. Melesat tinggi jauh kelangit kemudian mengeluarkan percikan cahaya nan indah hingga menerangi sekitarnya, namun disaat itu juga hilang dalam sekejap bersama gelap awan. Hancur. Tak ada yang tersisa sedikitpun.

Kamu tahu? Diantara letupan kembang api malam itu, ada banyak pula harapan dan doa yang diucapkan oleh orang-orang. Berharap tahun baru bisa membawa perubahan, berharap tahun baru bisa membuat hidup lebih baik, dan masih banyak lagi harapan yang terucap dari mulut-mulut yang terus merapal. Memang tak salah. Adanya resolusi terhadap diri menjadi semacam penyemangat di awal tahun. Aku pun begitu. aku diam-diam dalam hati juga berharap suatu hal yang sangat aku inginkan. Suatu hal yang tidak ingin aku kehilangannya. Suatu hal yang ingin aku perjuangkan terus. Saat itu aku berharap, semoga kita bisa bersama selamanya. Hanya itu. Sedikit tapi banyak kebahagiaan di dalamnya. Sedikit tapi memberikan banyak arti dalam hidup. Kamu? Aku tidak tau apa yang kamu pinta saat itu. Kamu sendiri tidak pernah menceritakannya sampai saat ini. Apa permintaanmu sama dengan permintaanku?

Nanti bila kita sudah mulai memasuki tahun 2015, tetaplah jaga mimpi dan anganmu. Raih apa yang belum sempat kamu raih saat ini. Dan, tetaplah menjadi wanita hebat yang memiliki senyum yang paling indah.

Untukmu, Ini adalah surat terakhirku di tahun ini. Maaf kalau aku tidak bisa menemanimu disaat tahun baru nanti. Satu hal yang perlu kamu ketahui, aku menutup tahun ini dengan tetap mencintaimu.


Bandung, akhir Desember 2014.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Tinggalkan jejak kalian disini. komen yaa :)