Friday, December 28, 2018

Beberapa Harapan

Aku ingin menjadi tempatmu bercerita disaat keluh kesahmu tak mampu lagi terbendung. Aku ingin menggenggam tanganmu lalu meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. Bahwa kau tak perlu menangis lagi. Bahwa kau sepantasnya harus bahagia. Aku ingin membuatmu tak pernah patah semangat. Seberat apapun ujian yang kau hadapi saat ini atau nanti, yakinlah...
Share:

Tuesday, December 11, 2018

Sore Hari Di Jalan Dago

Sore hari di jalan Dago, kita mengawali pertemuan dengan tatap yang penuh malu. Oleh tatapmu, aku luluh. Setelahnya, aku selalu kembali ke tempat yang sama. Harapanku hanya satu; bertemu kembali denganmu. Beruntungnya, harapanku dikabulkan. Dalam hati, aku selalu memintamu untuk tak terburu-buru saat kita bertemu. Duduklah sebentar di sebelahku. Ada...
Share:

Saturday, December 8, 2018

Lelah

Aku pernah berharap terlalu lebih Namun yang kudapat hanyalah penyesalan Hingga kemudian kecewa menyelimuti Lalu kita bertemu Aku yang sudah lelah, kau paksa untuk kembali berharap Dengan perhatianmu Dengan senyummu Dengan tatapmu yang selalu berhasil membuatku salah tingkah Denganmu, kecewaku menguap Denganmu, aku ingin kita hidup satu...
Share:

Monday, November 19, 2018

Sebelum Dia

Dulu, aku yakin bahwa suatu saat kelak, kita akan saling berbagi cerita saat sore sepulang kerja. Entah itu di halaman rumah atau di depan ruang tv sembari menyesap kopi. Kita akan berbagi semua keluh kesah, lalu saling menyemangati layaknya seorang motivator. Lalu sore itu kita akhiri dengan sebuah kecup mesrah di kening. Dulu, aku yakin bahwa...
Share:

Sunday, November 11, 2018

Aku Berhenti Menulis

Entah sudah berapa banyak aku menulis tentangmu Tentang awal kita bertemu Tentang kamu yang mencuri perhatianku Tentang kamu yang ingin aku sapa tapi aku terlalu malu Tentang kamu yang mengabaikan ajakku Tentang kamu yang tak pernah menganggapku Lalu, semua yang aku lakukan terasa percuma Aku terlalu redup untuk menjadi terang di gelapmu Bahkan...
Share:

Friday, November 2, 2018

Jangan Takut Dengan Skripsi

“Kamu yakin mau ganti konsep programmnya? Nanti nggak beres loh skripsi kamu” Kalimat dari salah satu dosen penguji waktu itu membuat saya terdiam beberapa saat. Berpikir. Mencerna apa yang selanjutnya harus dilakukan. “Yakin, Pak. Saya usahakan bisa” Jawab saya mantap. Ruang dosen waktu itu mendadak lebih hangat. Bulir keringat mengucur di...
Share:

Tuesday, October 30, 2018

Pagi Itu, Mereka Pulang Ke Surga

Sang anak terlihat ceria meski hari masih sangat dini. Ia sedikitpun tak mengeluh harus bangun pagi-pagi, mandi disaat tubuh masih ingin bergulung dibalik hangatnya selimut, dan kemudian sarapan sambil menahan kantuk. Di perjalanan menuju bandara, wajahnya semakin berseri tatkala melihat pesawat-pesawat yang terparkir. Sang Ayah dan Ibu tampak...
Share:

Thursday, October 18, 2018

Terima kasih, Bandung

Perjalananku dicukupkan. Beberapa hari sebelum meninggalkan kota ini, kenangan-kenangan lama sejak 4 tahun lalu menyeruak tanpa henti. Aku bagai seorang anak kecil yang menangis histeris tatkala ditinggal oleh ibunya ke pasar. Kenangan-kenangan itu membuat langkahku untuk meninggalkan Bandung semakin berat. Aku masih ingat jelas bagaimana 4 tahun...
Share:

Thursday, September 27, 2018

Suatu Hari

Aku pikir, semua akan berakhir baik setelah apa yang terjadi selama ini. Aku akan menggenggam tanganmu, memenuhi semua ruang kosong di hati. Kamu akan merangkul semua jatuh dan bangunku hingga aku kembali pulih, mendewasakanku yang kadang bersifat kekanak-kanakan. Aku pikir, jatuh cinta kepadamu takkan pernah sia-sia. Kita akan merawatnya hingga...
Share:

Tuesday, May 29, 2018

Semoga Kita

“Aku rindu”. Ucapmu lirih di ujung telepon. Aku menghela nafas panjang. Meresap ucapanmu lamat-lamat. Bulir air keluar di ujung mataku. Sudah pukul 1 dini hari. Rindu memang tak pernah mengenal waktu. Malam ini aku mengenangmu lagi melalui kenangan-kenangan sebelum kita terpisah karena jarak. Riak tawamu menyesakkan kepalaku. Aku tenggelam...
Share:

Thursday, May 24, 2018

Bagaimana Jika?

Bagaimana jika aku yang selama ini kau abaikan, kelak akan menjadi orang yang akan mendekapmu hingga segala resahmu luruh? Bagaimana jika aku yang selama ini cuma bisa menatap senyummu diam-diam, kelak akan menatap senyummu sebelum kita beranjak tidur di musim penghujan? Bagaimana jika aku yang saat ini hanya bisa menyemangatimu lewat doa, kelak...
Share:

Tuesday, February 13, 2018

Pada Pelukmu Aku Ingin Kembali

Aku terduduk diam. Menatap kosong kearah langit yang sedang memuntahkan hujan. Kau yang dulu sering kuajak bercerita, kini entah sedang apa. Dingin dan gemuruh semakin membawa rindu. Sial! Lagi-lagi aku teringat tentang kita dahulu. Seperti kamu yang suka meyandarkan kepalamu di pundakku. Lalu kamu hanya diam disana sembari memejamkan mata. Namun...
Share:

Saturday, January 27, 2018

Aku (bukan) Dilan

Akhir-akhir ini, Dilan menjadi pembicaraan dimana-dimana. Di setiap tongkrongan remaja-remaja alay, di kos-kosan, di kampus, bahkan sampai di warkop. Ah aku muak. Bisakah sejenak berhenti membicarakan Dilan? Lalu kita membicarakan tentang agresi militer Belanda I misalnya? Hmmmm. Kamu kenal Dilan? Maksudku, kamu tau tentang Dilan? Sosok fiksi yang...
Share:

Wednesday, January 24, 2018

Sekarang Kita Berpisah

Sekarang, beberapa hal tak lagi sama. Aku terbangun diawali dengan sesuatu yang berbeda. Tak ada lagi sapa pagimu, juga tak ada lagi semangat darimu. Semuanya melebur terbalut lirih. Jika saja bukan karena keinginan untuk bangkit, mungkin sekarang aku sudah menjadi pesakitan disudut kamar. Mendekap sedih kedua lutut, meratapi ternyata patah hati...
Share:

Saturday, January 20, 2018

Rei

“Rei, lihat” Jane menunjuk kearah ufuk barat. Disana senja sedang menguning. Biasnya membuat langit dan gumpalan merona. Rei menatap sejenak, namun wajahnya tetap menunjukkan raut sedih. Baginya, langit tetap saja mendung. “Ayolah, Rei. Tertawalah sebentar, nikmati dulu senja ini. Kau pantas bahagia lagi” Jane menepuk pundak Rei. Hening sejenak....
Share:

Wednesday, January 17, 2018

Bara yang lara

Panggil ia Bara. Ia Laki-laki. Dan Ia sedang bingung. Bara menyesap secangkir kopi hangat. Puluhan puntung rokok sisa kenikmatan bertumpuk dalam asbak di depannya. Sekarang pukul 3 pagi, ia belum tidur sedikitpun. Matanya merah. Entah karena kantuk yang ia tahan, atau karena tangis yang terbendung. Bangsat! Gumamnya. Ia mendengus kesal. Ternyata...
Share: